Celios Perkirakan 1,2 Juta Pekerja Bakal Kena PHK Akibat Tarif Trump


Center of Economic and Law Studies (Celios) memproyeksikan dampak penghapusan kuota impor produk manufaktur akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini ke kisaran 4,1% hingga 4,3%. Pelemahan ini disebabkan oleh turunnya produksi, yang dipicu oleh penurunan permintaan dari Amerika Serikat dan banjirnya produk impor dari Cina ke pasar domestik.
Direktur Celios Nailul Huda menilai kebijakan penghapusan kuota impor akan berdampak serius terhadap sektor manufaktur dalam negeri, terutama melalui gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang diperkirakan bisa mencapai 1,2 juta pekerja.
“Subsektor manufaktur dengan potensi PHK terbesar adalah industri tekstil dan produk tekstil (TPT), yang kami perkirakan akan kehilangan sekitar 191.000 tenaga kerja,” ujar Nailul di Jakarta, Kamis (17/4).
Nailul menjelaskan bahwa proyeksi tersebut menggunakan pendekatan dari teori Dana Moneter Internasional (IMF), di mana kenaikan tarif 1% dapat menekan permintaan hingga 0,8%. Dengan tarif masuk sebesar 32% yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap produk asal Indonesia, permintaan diperkirakan turun hingga 25,6%.
“Yang kami khawatirkan adalah barang-barang dari Cina yang ditolak pasar Amerika karena tarif tinggi, bahkan mencapai 125% dan akan dialihkan ke Indonesia. Ini akan menekan industri lokal dan memicu PHK besar-besaran,” kata Nailul.
Sektor-sektor Terdampak PHK Massal
Prediksi Celios ini sejalan dengan proyeksi Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), yang menyatakan bahwa lebih dari 50 ribu pekerja terancam PHK hingga pertengahan tahun 2025. Presiden KSPI Said Iqbal menyebut sektor yang paling terdampak meliputi tekstil, alas kaki, elektronik, dan suku cadang otomotif.
“PHK ini terjadi karena pabrik memilih relokasi ke negara yang memiliki tarif impor lebih rendah dibanding Indonesia. Beberapa pabrik bahkan hanya menargetkan ekspor ke AS, seperti yang dilakukan afiliasi PT Toshiba Asia Pacific Indonesia dan PT Panasonic Gobel Indonesia,” kata Said.
Selain ancaman PHK, Said juga menyebut adanya penundaan ekspansi di sektor industri. Salah satu contoh adalah investasi dari Taiwan di Brebes, Jawa Tengah, melalui perusahaan PT Shyang Yao Fung.
“Pabrik ini sebenarnya merencanakan ekspansi dengan merekrut hingga 50.000 pekerja. Namun rencana tersebut tertunda karena kebijakan tarif Presiden Trump. Kami mendesak pemerintah untuk merundingkan ulang tarif resiprokal dengan AS, terutama untuk sektor alas kaki,” kata Said.
Meskipun konsumen akan diuntungkan dengan melimpahnya barang impor murah, Nailul menegaskan bahwa dampaknya bagi industri nasional sangat mengkhawatirkan.
"Adanya pembebasan impor ini membuat barang impor lebih mudah masuk dan akan menyebabkan kemunduran dari sisi industri nasional," ujarnya.