Alasan Huayou Terpilih Gantikan LG Dalam Proyek Baterai EV RI


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan alasan terpilihnya perusahaan Cina, Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd atau Huayou menggantikan LG Energy Solution (LGES) dalam proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) senilai US$ 9,8 miliar atau Rp 165 triliun.
“Yang jelas pemerintah selalu memfasilitasi setiap investasi. Pemerintah berusaha untuk mendekat agar investasi bisa masuk,” kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara, Tri Winarno saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (25/4).
Sebelumnya, MIND ID dan pemerintah sempat mengerucutkan calon mitra pengganti LG dari Amerika Serikat (AS), namun akhirnya Kementerian ESDM memutuskan Huayou sebagai penggantinya.
Tri menyebut pemerintah selalu membuka peluang investasi kepada seluruh negara, tidak mengkotak-kotakkan hanya kepada salah satu negara saja. Dia menyebut pemerintah berperan sebagai pihak yang memfasilitasi kendala investasi yang ada. Terkait potensi penambahan mitra lain dalam proyek tersebut, pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada perusahaan.
“Karena itu kan bussiness to bussiness, pemerintah tidak bisa mengatur soal itu, silakan saja. Yang terpenting jika ada kendala, permasalahan, disampaikan ke pemerintah lalu akan difasilitasi (untuk diselesaikan),” jelasnya.
Sempat Cari Pengganti LG
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana menawarkan proyek investasi ekosistem industri baterai mobil listrik yang ditinggalkan LG Energy Solution. Beberapa negara yang akan ditawarkan dalam proyek Titan di Halmahera Timur, Maluku Utara itu adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Jepang, dan Amerika Serikat.
Erick menekankan pemerintah terbuka terhadap investor manapun yang mau mengisi kekosongan LG Energy Solution. LG Energy Solution tergabung dalam konsorsium yang bekerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk untuk menambang nikel sampai mengolahnya menjadi baterai EV.
"Contohnya, kami telah menawarkan Arab Saudi untuk masuk ke proyek tersebut karena sedang membangun ekosistem kendaraan di negaranya," kata Erick.
Erick memberikan sinyal investasi dalam proyek Titan dapat digantikan oleh PT Daya Anagata Nusantara. Sebab, Danantara telah mendapatkan komitmen investasi senilai US$ 2 miliar dari pemerintah Qatar.
Erick mengatakan, masih banyak investor asing di yang melanjutkan proyeknya untuk memproduksi baterai EV. Beberapa investasi asing yang disebutkan Erick adalah Volkswagen Group melalui PowerCo, Ningbo Contemporary Brun Lygend Co., Ltd atau CBL, dan Motor Ford.
"Kami terbuka kepada siapapun yang mau menggantikan investasi LG, yang penting mendukung percepatan momentum industri EV," kata Erick.