Disorot Mentan, Bapanas Ungkap Alasan Harga Beras Naik Meski Stok Melimpah


Harga beras medium di tingkat konsumen terus mengalami kenaikan meski produksi dalam negeri meningkat. Kenaikan harga ini sempat menjadi sorotan Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada Februari 2025.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga beras medium Selasa (29/4) mencapai Rp 13.720 per kilogram, naik 1,58% secara tahun berjalan (year to date).
Berdasarkan data Bapanas, proyeksi volume produksi beras nasional pada Maret–April 2025 mencapai 10,45 juta ton. Angka ini naik 18,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menjelaskan kenaikan harga beras ketika produksi melimpah karena pemerintah ingin mendukung kesejahteraan petani.
“Saat kami menaikkan harga pembelian Gabah Kering Panen semua kualitas menjadi Rp 6.500 per kilogram, maka harga beras medium bergerak dari Rp 12.000 per kg menjadi Rp 12.500 per kg. Langkah itu dilakukan karena pemerintah mau meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Arief kepada Katadata.co.id, Selasa (29/4).
Pemerintah pun mewajibkan Perum Bulog membeli GKP sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 6.500 per kg. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Kepala Bapanas Nomor 3 Tahun 2025 tentang HPP Bulog untuk pengadaan gabah dari dalam negeri.
Meski demikian, pemerintah tetap memantau dan mengevaluasi pergerakan harga beras di pasar secara berkala. Pengawasan terakhir dilakukan pekan lalu bersama asosiasi penggilingan padi, perwakilan petani, dan lembaga pemerintah lainnya.
“Kami mengundang semua pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan mengevaluasi harga gabah dan beras. Namun kami masih melihat perkembangan karena panen masih berlangsung,” ujarnya.
HET Beras Medium Rp 12.500 per Kg
Seperti diketahui, pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk beras medium sebesar Rp 12.500 per kg. Namun sejak awal tahun, harga beras medium di pasar telah menembus Rp 13.000 per kg dan terus meningkat secara perlahan hingga April ini.
Berdasarkan data Bapanas, hanya ada satu provinsi yang mencatat harga beras medium di bawah HET, yakni Sumatra Selatan dengan harga Rp 12.291 per kg. Di sisi lain, harga tertinggi tercatat di Papua Pegunungan yang mencapai Rp 25.000 per kg.
Pada akhir Februari 2024, Kementan menemukan adanya anomali dalam pergerakan harga beras medium. Padahal, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sudah mencapai 2 juta ton, dan produksi beras meningkat 52% secara tahunan pada kuartal pertama 2025.
“Saat ini terjadi anomali harga beras akibat andil middleman. Saya meminta kepada para pengusaha untuk tidak menaikkan harga beras di pasar,” ujar Amran di Kantor Pos Fatmawati, Senin (24/2).
Menurut Amran, jika stok CBP hanya 1 juta ton, mungkin kondisi ini bisa terjadi. Ia juga menyoroti peran middleman dalam kenaikan harga beras tersebut.
Middleman adalah pihak perantara yang membeli beras dari petani atau penggilingan untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi. Peran mereka bisa memperpanjang rantai distribusi dan mendorong harga beras naik di tingkat konsumen.