Bos Garuda Bantah Hentikan Operasional Pesawat, Hanya Kesulitan Suku Cadang


Garuda Indonesia Group berencana akan mempercepat perawatan rutin 15 pesawat yang dihentikan operasional sementara. Dia merinci, satu armada milik Garuda Indonesia dan 14 pesawat milik anak usahanya, Citilink.
Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan mengatakan 15 armada tersebut merupakan pesawat yang memang mendapatkan antrian atau jadwal perawatan di tahun depan.
“Kami sedang dalam proses percepatan untuk memasukkan pesawat-pesawat tersebut ke antrian tahun ini,” kata Wamildan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (7/5).
Perawatan rutin ini berupa heavy maintenance dan penggantian suku cadang. Hal itu termasuk penggantian suku cadang untuk kembali siap beroperasi. Keseluruhan proses perawatan armada tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini.
“Jadi memang kalau mau dibilang di-grounded 15 pesawat itu sebetulnya kurang pas, memang antriannya itu masih di tahun depan,” ujarnya.
Sebelumnya, Bloomberg melaporkan jika PT Garuda Indonesia telah menghentikan setidaknya 15 pesawat karena kesulitan membayar biaya perawatan. Ini merupakan tanda bahwa rencana kebangkitan maskapai tersebut mungkin goyah.
Beberapa pemasok maskapai penerbangan nasional Indonesia tersebut juga meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan tenaga kerja karena kekhawatiran atas situasi keuangan Garuda.
Sebagian besar pesawat yang dihentikan dioperasikan oleh unit berbiaya rendah Garuda, PT Citilink. Menurut data terbaru yang tersedia dari Cirium, maskapai tersebut memiliki 66 pesawat yang beroperasi dan 14 pesawat yang disimpan.
Sebelumnya, Garuda Indonesia mengatakan akan mengoptimalkan kapasitas produksi di tengah tantangan industri penerbangan global, khususnya dinamika rantai pasok suku cadang pesawat yang kini melanda hampir sebagian besar pelaku industri transportasi udara dunia.
"Garuda Indonesia Group terus mendorong optimalisasi kapasitas produksi di tengah tantangan industri penerbangan global," kata Direktur Teknik Garuda Indonesia Rahmat Hanafi dikutip dari Antara di Jakarta, Senin (6/5).
Rahmat menyebut tidak dapat dipungkiri keterbatasan supply chain atas suku cadang saat ini tengah dihadapi hampir seluruh pelaku industri penerbangan, sehingga menyebabkan pelaksanaan heavy maintenance membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa proses heavy maintenance diperlukan guna memastikan standar keselamatan dan kelaikan terbang tetap terjaga untuk pesawat yang akan dioperasikan.
Sejalan dengan langkah optimalisasi armada tersebut, Garuda Indonesia sejak akhir 2024 juga telah mendatangkan empat armada narrow body yakni Boeing 737-800NG (PK-GUF dan PK-GUG). Sementara dua lainnya (PK-GUH dan PK-GUI) mulai beroperasi pada kuartal II 2025.
"Langkah ini sejalan dengan pemulihan permintaan dan peningkatan trafik penumpang pasca pandemi serta pertumbuhan sektor pariwisata nasional," ujarnya.