Gaet Investor Asing, AHY Andalkan Skema LVC untuk Bangun Giant Sea Wall

Andi M. Arief
9 Mei 2025, 16:35
Giant Sea Wall
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) didampingi Deputi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Rachmat Kaimuddin (kedua kiri) berjalan saat akan mengikuti Forum Group Discussion (FGD) di Kantor International Finance Corporation, Jakarta, Rabu (23/4/2025). Kegiatan tersebut mengambil tema Implementasi Waste to Energy dalam Rangka Mengatasi Kedaruratan Sampah.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berencana menggunakan skema Land Value Capture (LVC) untuk menarik investor asing dalam proyek pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall. Namun, rencana konstruksi proyek ini masih menghadapi sejumlah hambatan.

Agus menyebut, perencanaan Giant Sea Wall masih digodok oleh beberapa kementerian terkait, yakni Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, serta Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman. Ia juga mengisyaratkan bahwa kawasan di sekitar Giant Sea Wall akan dikembangkan menjadi permukiman pesisir.

"Salah satu rencana pembangunan Giant Sea Wall termasuk pengembangan kawasan perumahan baru dan akan berkaitan dengan pemerintah daerah. Ini tidak mudah, tapi pembuatan rencana konstruksi Giant Sea Wall harus terus dikawal dan butuh proses," ujar Agus di Kementerian Pekerjaan Umum, Jumat (9/5).

Meski tidak merinci secara spesifik kendala yang dihadapi, Agus menegaskan bahwa skema LVC akan digunakan untuk mengembangkan kawasan Giant Sea Wall menjadi area komersial, seperti pusat bisnis, pariwisata, dan olahraga.

Jajaki Kerja Sama dengan Investor Korsel

Sebelumnya, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti mengungkapkan bahwa pemerintah telah menjajaki kerja sama investasi dengan Korea Selatan terkait proyek ini. Namun, realisasi investasi belum dapat dilakukan karena rencana konstruksi detail masih belum rampung.

“Masih banyak yang harus kami kaji dalam perencanaan Giant Sea Wall karena dokumen dari Kemenko Perekonomian masih bersifat makro. Kalau mau dirinci sampai tahap pelaksanaan, kami perlu membagi penugasan dan mendetailkan pelaksanaan konstruksinya,” kata Diana saat ditemui di Gedung DPR, Rabu (23/4).

Sebagai informasi, tanggung jawab atas proyek Giant Sea Wall telah dialihkan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ke Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan. Diana menilai, rencana dari instansi sebelumnya belum menyentuh aspek teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan konstruksi.

Berpotensi Raih Pendanaan dari Belanda

Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menyebutkan bahwa proyek ini berpotensi memperoleh dukungan pendanaan dari Belanda, berupa hibah dan pinjaman senilai 300 juta euro atau sekitar Rp5,7 triliun. Dana tersebut akan dialokasikan untuk proyek strategis di sektor energi dan sumber daya air, termasuk Giant Sea Wall.

Adapun kebutuhan dana total untuk keseluruhan proyek belum ditentukan karena perencanaannya masih belum final. Namun, tahap awal pembangunan akan difokuskan pada pengadaan tanggul laut di pesisir Jakarta dengan estimasi biaya mencapai Rp164,1 triliun.

Pembangunan Giant Sea Wall dinilai mendesak mengingat pesisir utara Jakarta terus mengalami penurunan muka tanah antara 1 hingga 25 sentimeter per tahun. Di sisi lain, terdapat ancaman kenaikan permukaan air laut sebesar 1 hingga 15 sentimeter per tahun di sejumlah titik, serta potensi banjir rob yang semakin mengkhawatirkan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan