Kemendag dan Pengusaha Ungkap Biang Kerok Banyak Supermarket Gulung Tikar

Ferrika Lukmana Sari
9 Mei 2025, 17:50
Supermarket
GS Retail
GS Supermarket
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengungkapkan sejumlah faktor yang menyebabkan banyak supermarket dan gerai ritel tutup pada tahun ini.

Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah menyebut tingginya biaya operasional dan ketatnya persaingan dengan peritel besar sebagai penyebab utama.

"Karena satu, mungkin costing-nya besar. Misalnya tokonya cuma 10. Tidak bisa bersaing dengan yang tokonya banyak," ujar Budihardjo di Jakarta, Selasa (6/5).

Selain itu, pergeseran perilaku belanja masyarakat ke platform online menjadi tantangan bagi ritel konvensional. Meski begitu, ia menegaskan bahwa toko offline tetap relevan dan kini juga mulai merambah ke kanal digital.

Di tengah tantangan tersebut, Budihardjo tetap optimistis terhadap prospek ritel nasional. Ia menilai, besarnya populasi Indonesia menjadi pasar domestik yang potensial, ditambah peluang ekspor yang semakin terbuka. Ia memperkirakan segmen personal care bisa tumbuh hingga 10% berkat penjualan online, sementara minimarket sekitar 8%–9%.

Namun, ia juga mengingatkan dampak eksternal seperti perang dagang AS–Cina bisa memperburuk situasi. Untuk itu, pelaku industri meminta dukungan pemerintah dalam bentuk kemudahan izin usaha, pengurangan pajak, hingga stimulus seperti BLT atau voucher belanja.

“Kami juga berharap efisiensi anggaran pemerintah bisa dikaji ulang agar ekonomi kembali bergairah,” ujarnya.

Sejumlah jaringan ritel besar yang telah menutup atau mengurangi jumlah gerainya antara lain Giant, Matahari Department Store, Alfamart, GS Supermarket, dan Lulu Hypermarket.

Penjelasan dari Kemendag

Menanggapi kondisi ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) berjanji akan melakukan evaluasi dan harmonisasi regulasi, terutama antara distribusi konvensional dan perdagangan sistem elektronik (PSME).

“Dalam waktu dekat, kami akan melakukan langkah strategis, yakni evaluasi dan harmonisasi regulasi terkait distribusi barang secara konvensional dan perdagangan melalui sistem elektronik,” kata Direktur Bina Usaha Perdagangan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Septo Soepriyatno, Rabu (7/5).

Kemendag juga akan memperkuat kolaborasi dengan asosiasi ritel, serta memberikan pendampingan berbasis data kepada pelaku usaha agar siap beradaptasi dalam ekosistem digital. Selain itu, promosi belanja lokal dan gerakan nasional berbelanja dalam negeri juga akan digencarkan.

Septo juga mengungkapkan penyebab utama tutupnya gerai besar adalah perubahan perilaku konsumen. Kini, masyarakat lebih memilih belanja harian di minimarket atau warung dekat rumah dibanding belanja bulanan di hypermarket.

Selain itu, konsumen juga lebih selektif hanya membeli barang yang dibutuhkan. Generasi muda juga lebih memilih belanja daring karena praktis, murah, dan mudah.

"Kondisi ini membuat toko swalayan berukuran besar seperti hypermarket sulit bersaing karena omzet menurun, hingga akhirnya tak mampu menutup biaya operasional," kata Septo.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan