Realisasi Impor Sapi Perah untuk MBG Baru 5% dari Target, Imbas Ekonomi Melemah


Kementerian Pertanian mendata volume impor sapi perah untuk mendukung makan bergizi gratis (MBG), baru mencapai sekitar 9.700 ekor sampai hari ini, Jumat (13/6). Dengan kata lain, importasi sapi perah selama lima bulan terakhir tidak mencapai 5% dari target 200.000 ekor sepanjang tahun ini.
Untuk diketahui, setidaknya 134 perusahaan telah menyampaikan komitmen untuk mengimpor sapi perah pada tahun lalu. Namun importasi sapi perah secara tahun berjalan baru dilakukan oleh 11 entitas.
"Kami selalu mendorong untuk merealisasikan komitmen kepada mereka. Namun pelemahan ekonomi saat ini membuat kemampuan finansial setiap perusahaan terbatas," kata Ketua Kelompok Fungsi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Peternakan Kementan, Maria Nunik Sumartini di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jumat (13/6).
Dia mengatakan pemerintah tidak akan mengubah target volume impor sapi perah sejumlah 200.000 ekor pada tahun ini. Namun, dia mengakui belum memiliki strategi baru untuk mendorong sektor swasta menggenjot volume impor sapi perah.
Maria mengingatkan bahwa pemenuhan penambahan populasi sapi perah sangat bergantung pada kemampuan pihak swasta. Sebab, program tersebut tidak menggunakan anggaran sama sekali.
"Kami sudah senang dengan mereka menyampaikan komitmen impor sapi perah secara mandiri," ujarnya.
Selain perlambatan ekonomi, Maria menilai importasi sapi perah hidup membutuhkan waktu. Menurutnya, sapi perah yang diimpor harus dalam keadaan hamil di negara asal impor agar langsung memproduksi susu di dalam negeri.
Maria mencatat sapi perah impor yang sudah tiba berasal dari tiga negara, yakni Australia, Selandia Baru, dan Brasil. Namun Australia terdata memiliki kontribusi pengapalan sapi perah terbesar.
Pada akhir 2024, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, mencatat jumlah investor yang telah menyatakan komitmen dalam usaha peternakan sapi sejauh ini mencapai 200 entitas. Adapun kegiatan importasi tersebut murni sebagai bentuk investasi dalam industri susu segar nasional.
Menurutnya, jumlah investor dalam peternakan sapi perah mencapai 134 entitas, sedangkan investor peternakan sapi potong baru sekitar 70 entitas. Agung menilai, hal tersebut disebabkan peternakan sapi perah dapat langsung menghasilkan produk, sedangkan peternakan sapi potong harus memakan waktu penggemukan sekitar 2 tahun sebelum panen.
Ia menyampaikan, ada dua skema investasi yang ditawarkan pemerintah kepada seluruh investor tersebut, yakni pembangunan peternakan dan kemitraan. Investor asing secara umum memilih membangun peternakan, sedangkan investor lokal memilih skema kemitraan.
Menurutnya, investor lokal mendominasi komitmen investasi yang diterima pemerintah. Namun, jumlah sapi yang didatangkan ke dalam negeri tetap didominasi oleh investor asing.
"Sebagai contoh, TH Group asal Vietnam berkomitmen mendatangkan 250.000 ekor sapi hingga 2029. Namun mayoritas investor lokal hanya berkomitmen mendatangkan 20 ekor sapi, bahkan hanya ada yang akan mendatangkan 10 ekor," katanya.