Apindo Sebut Daya Beli Masyarakat Masih Lemah Meskipun Ekonomi Tumbuh 5,12%

Mela Syaharani
6 Agustus 2025, 18:40
Sejumlah alat berat menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (16/7/2025). Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 mencapai 4,87 persen (yoy) atau
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.
Sejumlah alat berat menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (16/7/2025). Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 mencapai 4,87 persen (yoy) atau lebih rendah dari triwulan IV 2024 sebesar 5,02 persen (yoy) dan perlu terus diperkuat guna memitigasi dampak ketidakpastian global akibat kebijakan tarif resiprokal AS.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 mencapai 5,12% memberi sinyal bahwa perekonomian Indonesia masih memiliki pondasi yang kuat. Namun demikian, Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani menyoroti daya beli  masyarakat yang masih lemah.

“Ini menunjukkan ada daya tahan di beberapa sektor yang perlu kami apresiasi, termasuk peran stimulus fiskal pemerintah yang mulai terasa pada Juni lalu,” kata Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani kepada Katadata, Rabu (6/8).

Menurut Shinta, stimulus ini dilakukan pemerintah untuk menjaga konsumsi masyarakat  selama masa libur sekolah. Mulai dari diskon transportasi umum, tarif tol, listrik rumah tangga, bantuan pangan dan sembako, hingga subsidi upah bagi 17 juta pekerja dan 3,4 juta guru honorer. 

Selain itu, dia menyebut dalam pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 54,25% dengan pertumbuhan 4,97% secara triwulanan dan 6,99% secara tahunan. 

Dia menyampaikan pertumbuhan ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan rumah tangga, termasuk kebutuhan primer dan makanan, serta meningkatnya mobilitas masyarakat. Konsumsi juga terdorong oleh tingginya aktivitas pariwisata selama periode libur nasional dan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Waisak, Isa Almasih, dan Idul Adha, yang turut mendorong sektor restoran dan hotel. 

“Kami tentu bersyukur bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 berhasil mencapai 5,12%, lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Di tengah tantangan global dan domestik yang cukup kompleks,” ujarnya.

Kendati demikian dia menyebut seluruh pihak tetap perlu melihat pentingnya membaca data ini secara utuh. Pertumbuhan di atas 5% patut disambut dengan optimisme, tetapi jangan sampai membuat terlena dengan catatan di lapangan. 

“Daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih, konsumsi rumah tangga masih di bawah rata-rata historis, dan sektor manufaktur masih dalam fase kontraksi,” ucapnya.

Menurutnya, peluang menjaga pertumbuhan tahunan di kisaran 5% masih terbuka, namun sangat bergantung pada langkah lanjutan pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat, mempercepat realisasi belanja, memperkuat ekspor, dan memastikan iklim usaha tetap kondusif untuk mendorong investasi.

Pertumbuhan Ekonomi 5,12%

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 sebesar 5,12% secara tahunan (year-on-year), naik dari 5,05% pada periode yang sama tahun lalu. 

Angka ini mencerminkan pemulihan ekonomi nasional meski di tengah berbagai tekanan domestik dan global. Pertumbuhan ini didorong oleh kinerja positif di hampir seluruh lapangan usaha dan sebagian besar komponen pengeluaran. 

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 11,31%. Disusul oleh Jasa Perusahaan sebesar 9,31%, Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,52%, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,04%. 

Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Ekspor Barang dan Jasa yang naik 10,67%. Komponen lain yang turut menopang pertumbuhan adalah Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 7,82%, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,99%, dan Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,97%. 

Hanya Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang terkontraksi sebesar 0,33%. Di sisi lain, Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam PDB, juga tumbuh cukup tinggi, yakni sebesar 11,65%.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...