Shopee Ekspor 60 Juta Produk Lokal Sejak 2019, Mayoritas ke Asia Tenggara

Mela Syaharani
7 Agustus 2025, 18:38
Shopee
shopee
Ilustrasi platform Shopee
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Shopee Indonesia mencatat telah mengekspor 60 juta produk lokal ke mancanegara sejak 2019 melalui program Ekspor Shopee. Direktur Business Partnership Shopee Indonesia, Daniel Minardi mengatakan mayoritas tujuan ekspor berasal dari kawasan Asia Tenggara.

“Kami lihat destinasi ekspornya beragam, namun yang paling populer ada Malaysia, Singapura, dan Filipina,” ujar Daniel dalam konferensi pers Kick Off ASEAN Online Sale Day (AOSD) 2025 di Kementerian Perdagangan, Kamis (7/8).

Selama semester I 2025 saja, Shopee mengekspor sekitar 10 juta produk, dengan pasar utama di Asia Tenggara, Asia Timur, hingga Amerika Latin.

“Ada beberapa produk unggulan, seperti fashion, perlengkapan rumah, maupun keperluan olahraga,” kata Daniel.

Ia menjelaskan, skema ekspor Shopee dilakukan layaknya transaksi biasa. Penjual hanya perlu memproses pesanan dari luar negeri dan mengirim barang ke gudang Shopee. “Selanjutnya akan kami proses seperti order dari dalam negeri,” katanya.

UMKM Belajar Ekspor dari E-Commerce

Menteri Perdagangan Budi Santoso menilai e-commerce kini bukan sekadar tempat berjualan, tetapi juga sarana pembelajaran bagi UMKM untuk mengemas produknya dengan lebih baik.

“UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia kami berdayakan, kami standarisasikan, dan pasarkan ke beberapa negara melalui platform seperti Shopee,” kata Budi.

Ia menambahkan, ekspor lewat e-commerce menjadi solusi di tengah perubahan kebiasaan masyarakat yang semakin mengandalkan transaksi daring. Sebagian masyarakat sudah mulai beralih ke perdagangan dan belanja online.

“Akhirnya pedagang offline merasa terdesak, namun kami memiliki solusi berupa hybrid omnichannel (multi saluran),” katanya.

Hybrid Jadi Solusi Hadapi Rojali dan Rohana

Menurut Budi, hybrid omnichannel juga bisa menjadi solusi dalam menghadapi fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana) yang jumlahnya sedang naik saat ini.

“Fenomena ini kami tangkap solusinya dengan hybrid, jadi toko offline bisa juga menjual secara daring, karena konsumen melihat dulu barang tersebut sebelum membelinya secara online,” ujarnya.

Budi menilai fenomena rojali dan rohana bukanlah masalah. Menurutnya, hal tersebut merupakan bagian dari kebebasan perilaku konsumen.

"Silakan saja, karena itu bagian dari perilaku konsumen yang bebas memilih. Soal belanja di mana pun, itu hak mereka," ujar Budi.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...