Beras Premium Masih Langka di Ritel Modern, Penyaluran SPHP Tersendat

Andi M. Arief
22 Agustus 2025, 17:52
beras
ANTARA FOTO/Basri Marzuki/rwa.
Sejumlah buruh memanggul beras SPHP untuk didistribusikan kepada pengecer di Gudang Bulog Sulteng di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (22/8/2025). Realisasi penyaluran beras SPHP per 31 Juli 2025 di Sulteng telah mencapai 266,6 ton atau 2,03 persen dari target total selama periode Juli–Desember sebanyak 13.056 ton.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Hampir dua bulan sejak mencuatnya kasus pelanggaran standar beras premium, ketersediaan beras premium di ritel modern masih terbatas. Bahkan, pasokan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) pun belum merata di semua jaringan ritel modern.

Berdasarkan pantauan Katadata di kawasan Pasar Rumput, hanya satu dari tiga ritel modern yang menyediakan beras SPHP. Ritel lain hanya memajang beras premium dari satu produsen, yakni PT Padi Indonesia Maju (anak usaha Wilmar Group) dengan merek Sania.

Seorang pegawai ritel modern, Aini mengatakan pasokan beras premium yang diterimanya selama sebulan terakhir hanya Sania. Beras SPHP baru masuk pekan ini dengan jumlah sangat terbatas.

“Pengiriman beras premium dari produsen swasta dan beras SPHP tidak menentu datangnya. Sering kali hanya 10 kemasan per pekan,” ujar Aini kepada Katadata.co.id, Jumat (22/8).

Ia menjelaskan, tokonya hanya menerima lima kemasan ukuran 5 kilogram setiap dua hari sekali. Akibatnya, pasokan beras premium yang masuk ke gerai tersebut hanya sekitar 10 kilogram per pekan.

Jumlah varian beras premium yang sebelumnya mencapai delapan jenis pun kini berkurang drastis menjadi satu jenis per pekan karena selalu habis terjual begitu dikirimkan dari pusat distribusi.

Kemendag: Bukan Oplosan, Tapi Masalah Label

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Iqbal Shoffan Shofwan menegaskan bahwa pasokan beras premium sebenarnya ada di pusat distribusi peritel modern. Namun, distribusinya ke gerai tersendat karena peritel meningkatkan kehati-hatian.

“Contohnya beras, peritel modern sekarang benar-benar memeriksa apakah berat beras kemasan 5 kilogram betul-betul 5 kilogram. Mereka tidak mau lagi diprotes konsumen, terutama dalam konteks perlindungan konsumen,” kata Iqbal di Jakarta, Jumat (22/8).

Ia memastikan permasalahan bukan terkait oplosan, melainkan ketidaksesuaian isi dengan informasi pada kemasan. Menurut Iqbal, ritel modern telah memesan beras premium sejak awal bulan, namun distribusi ke gerai melambat karena proses verifikasi lebih ketat.

“Mereka lebih berhati-hati untuk meletakkan beras premium yang sudah mereka miliki,” ujarnya.

Penyaluran SPHP Terkendala Digitalisasi

Perum Bulog mencatat penyaluran beras SPHP ke ritel modern baru mencapai 1.592 ton melalui empat jaringan utama. Indomaret menyalurkan terbanyak dengan 1.097 ton, disusul Alfamart 460 ton, Superindo 20 ton, dan Hypermart 15 ton.

Secara total, penyaluran beras SPHP mencapai 230.945 ton hingga Kamis (21/8). Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengakui adanya hambatan distribusi karena proses digitalisasi.

“Memang langkah ini perlu proses. Namun kunjungan kami di beberapa tempat menunjukkan pengecer cukup senang dengan adanya aplikasi tersebut lantaran ada kemudahan pemesanan ulang saat stok habis,” kata Arief dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR.

Menurut Arief, digitalisasi distribusi akan memudahkan Bulog menelusuri pergerakan beras SPHP hingga ke tingkat pengecer. Untuk diketahui, beras SPHP merupakan beras subsidi pemerintah yang dikelola Bulog guna menjaga stabilitas harga dan pasokan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...