Apindo: Serapan Tenaga Kerja Indonesia Rendah, Hanya 39% dari Total Kebutuhan
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani, mengatakan gap antara kebutuhan kerja dan serapan pekerja di Indonesia sangat tinggi. Pada 2024, kebutuhan lapangan kerja Indonesia mencapai 12,2 juta orang, namun serapan kerja hanya 4,8 juta orang atau sekitar 39%.
“Jumlah kebutuhan lapangan kerja itu lebih tinggi dibandingkan jumlah tenaga kerja yang terserap. Akibatnya terjadi gap dari meningkatnya pengangguran,” kata Shinta dalam acara Meet the Leaders yang diselenggarakan Universitas Paramadina dengan tema Driving Job Creation and Economic Resiliance in Era of Global Uncertainty, dikutip Jumat (12/9).
Di mengatakan masa depan Indonesia terhambat oleh rendahnya kapasitas penciptaan lapangan kerja yang berkualitas. Tren 7 tahun terakhir menunjukkan, jumlah tenaga kerja yang terserap dalam setahun hanya sebesar 2,4 sampai 4,8 juta. Sementara kebutuhan lapangan kerja dalam setahun, mencapai 9,5 juta sampai 12,6 juta.
“Trend ini menunjukkan masalah struktural dalam penciptaan lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Tidak hanya masalah jumlah lapangan kerja, masa depan Indonesia juga bisa terhambat dari sisi kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan survei yang dilakukannya, kualitas tenaga kerja di Indonesia belum sebanding dengan kebutuhan industri.
Saat ini komposisi pekerja Indonesia dengan pendidikan sekolah dasar sebanyak 36,5%, sementara lulusan perguruan tinggi hanya 12%. Selain itu, hanya 26% pelaku usaha dari survei yang dibuatnya merasa kualitas tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan industri.
“Jadi kita masih punya masalah besar dengan link and match, apa yang keluar dari pendidikan tidak bisa terserap di industri. Belum lagi sekarang kita masuk ke era digitalisasi yang tentunya lebih sulit lagi,” ucapnya.
Dia mengatakan kemampuan bersaing di tenaga kerja Indonesia juga masih rendah. “Hanya 9% memiliki kompetensi tinggi, jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga,” katanya.
