Taiwan Temukan Residu Pestisida di Indomie, Indofood Sebut Bukan Ekspor Resmi
PT Indofood Sukses Makmur Tbk menyatakan produk Indomie yang terpapar residu pestisida di Taiwan bukan berasal dari proses ekspor resmi. Namun emiten makanan berkode INDF ini menilai temuan residu pestisida di Naga Kecil Asia berdasarkan perbedaan standar.
Sebelumnya, Pusat Keamanan Makanan Taiwan atau CSF menemukan residu pestisida berupa etilena oksida dalam produk Indomie varian Rasa Soto Banjar Limau Kulit. Direktur INDF, Franky Welirang menduga produk Indomie tersebut berasal dari kegiatan ekspor tidak resmi yang ada di pasar lokal Taiwan.
"Kalau Indomie yang resmi dari Indofood biasanya mengikuti standar masing-masing negara. Selain itu, kemasan dan label produk tersebut berbeda," kata Franky kepada Katadata.co.id, Jumat (12/9).
Franky mencatat isu residu pestisida akibat perbedaan standar di Taiwan bukan hal yang baru. Untuk diketahui, Taiwan menemukan senyawa etilen oksida di atas ambang batas yang ditentukan negara tersebut dalam Indomie varian Rasa Ayam Spesial pad April 2023.
Selain Taiwan, Franky mengatakan perbedaan standar label, kemasan, maupun kandungan sebelumnya terjadi di Australia pada akhir tahun lalu. Secara rinci, otoritas pangan Australia, Food Standard menarik tiga varian Indomie karena tidak mencantumkan alergen dari pasar Negeri Kangguru.
Standard Food menemukan Indomie Mi Goreng Rasa Rendang dan Indomie Rasa Soto Mie tidak mencantumkan alergen susu dalam kemasannya. Hal yang sama untuk Indomie Rasa Ayam Bawang untuk alergen telur.
"Saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan RI sudah menangani temuan residu pestisida di Taiwan dalam bentuk pemeriksaan ulang," kata Franky.
Pusat Keamanan Makanan Taiwan atau CSF menemukan residu pestisida berupa etilena oksida dalam produk Indomie varian Rasa Soto Banjar Limau Kulit. Regulator menduga produk tersebut kemungkinan masuk ke pasar Taiwan melalui perdagangan daring atau barang pribadi.
CSF menduga Indomie Rasa Soto Banjar Limau Kulit tersebut diimpor dari Hong Kong sebelum masuk ke Taiwan. Secara rinci, produk tersebut memiliki tanggal kadaluarsa pada 19 Maret 2026 dan berasal dari Indonesia.
"Konsumen yang memiliki produk tersebut sebaiknya membuang dan tidak mengkonsumsinya. CFS akan tetap waspada dan mengawasi semua perkembangan baru dan mengambil langkah sesuai jika dibutuhkan," seperti tertulis dalam dokumen resmi CSF yang dikutip Jumat (12/9).
