Bapanas Ungkap Penyebab Harga Beras Naik Meski Produksi Melimpah

Andi M. Arief
22 September 2025, 17:39
Bapanas
Katadata/Fauza Syahputra
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dalam wawancara khusus dengan tim Katadata di kantornya, Jakarta, Jumat (18/7).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan data produksi riil beras sesuai dengan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan demikian, kenaikan harga beras di tengah produksi melimpah dinilai murni disebabkan oleh kenaikan harga gabah di tingkat petani.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan BPS telah memverifikasi hasil produksi beras hingga Agustus 2025 di lapangan. Berdasarkan hasil tersebut, harga beras di konsumen naik seiring kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dari Rp6.000 menjadi Rp6.500 per kilogram.

“Kalau harga Gabah Kering Panen naik jadi Rp6.500 per kg, harga beras pasti naik. Sekarang mayoritas daerah memiliki harga GKP sekitar Rp7.000 per kg, kecuali di Makassar Rp6.500 per kg karena sedang panen,” kata Arief di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (22/9).

Data BPS mencatat produksi beras hingga Agustus 2025 seharusnya mencapai 25,19 juta ton. Angka itu menghasilkan surplus sekitar 4,52 juta ton, mengingat konsumsi pada periode Januari–Agustus hanya 20,62 juta ton.

Arief menegaskan proyeksi tersebut sesuai kondisi lapangan, meski pemerintah belum bisa memastikan apakah panen pada bulan lalu terdampak hama.

Sebelumnya, ia sempat meragukan validitas metode Kerangka Sampel Area (KSA) yang digunakan BPS, karena hanya berbasis estimasi luasan panen dan produktivitas.

“Kita tidak boleh terlena dengan angka proyeksi produksi beras di komputer saya ini yang diproduksi BPS. Harus dirasakan juga kondisi di lapangan hari ini,” kata Arief dalam rapat bersama Komisi IV DPR, Kamis (4/9).

Dipicu Kebijakan Bulog

Sementara itu, Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) menilai kenaikan harga beras juga dipicu oleh kebijakan Bulog yang akan kembali menyerap satu juta ton gabah pada akhir tahun.

Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso menilai langkah tersebut tidak tepat karena produksi gabah pada semester II memang cenderung turun.

“Pasti ada reaksi pasar dalam bentuk rebutan gabah. Kebijakan pemerintah tidak tepat kalau memaksakan pembelian gabah maupun beras melalui Bulog saat ini,” ujar Sutarto kepada Katadata.co.id, Rabu (3/5).

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...