BGN Akui Program MBG Picu Kenaikan Harga Daging Ayam Ras di Pasar
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengatakan program Makan Bergizi Gratis memicu sepertiga kapasitas produksi peternak daging ayam ras nasional. Kondisi ini mengakibatkan kenaikan harga daging dan telur ayam ras di pasar.
"Saya kira ada benarnya kenaikan harga daging ayam pada bulan lalu disebabkan program MBG, sebab kebutuhan daging ayam per dapur mencapai 2.800 ekor per bulan," kata Dadan dalam diskusi di Jakarta, Selasa (7/10).
Badan Pangan Nasional mendata tren harga daging ayam ras terus tumbuh hingga Rp 38.227 per kilogram pada hari ini, Selasa (7/10). Padahal pada maret lalu, angkany berada di titik terendah selama 2025, yaitu Rp 34.815 per kilogram.
Badan Pusat Statistik juga mendata harga daging dan telur ayam ras menjadi komponen pendorong Indeks Perubahan Harga di 18 provinsi. Perubahan IPH terbesar terjadi di DKI Jakarta atau naik 2,71% pada September 2025.
Dadan menilai peternak ayam pedaging di dalam negeri perlu ditambah seiring program MBG berjalan penuh tahun depan. Dalam laman resmi BGN tercatat total dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi yang beroperasi mencapai 10.643 unit.
Tahun depan target dapur SPPG mencapai 31 ribu unit. Dengan demikian, kebutuhan ayam pedaging mencapai 1,04 miliar ekor atau sepertiga dari produksi ayam pedaging 2024 sejumah 3,14 miliar ekor.
"Jika peningkatan kebutuhan daging ayam oleh dapur SPPG tidak diikuti dengan munculnya peternakan ayam pedaging baru, saya kira pasokannya akan berkurang. Begitu juga dengan telur ayam ras," katanya.
Kementerian Pertanian atau Kementan menggenjot produksi ayam pedaging sejak Agustus 2025 untuk memenuhi kebutuhan 8.000 dapur SPPG.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda mengatakan kapasitas produksi daging ayam ditahan pada level 4,2 juta ton per tahun. Volume tersebut telah melebihi kebutuhan nasional sekitar 340 ribu ton per tahun.
