Jadi Kepala Bapanas, Mentan Amran Targetkan Swasembada Gula Konsumsi

Andi M. Arief
13 Oktober 2025, 16:24
Foto udara petani mengangkut tebu ke atas truk saat panen di kawasan Prambon, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (25/6/2025). Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan luas area panen tebu Jatim di tahun 2025 sebesar 252.135 hektare dengan proyeksi
ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz
Foto udara petani mengangkut tebu ke atas truk saat panen di kawasan Prambon, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (25/6/2025). Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan luas area panen tebu Jatim di tahun 2025 sebesar 252.135 hektare dengan proyeksi penggilingan tebu sebesar 18.777.409 ton, rendemen sebesar 7,76 persen sehingga produksi gula Jawa Timur diperkirakan akan menembus angka 1.457.900 ton.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menargetkan gula sebagai komoditas pangan yang mencapai status swasembada selanjutnya. Hal tersebut disampaikan setelah rapat perdananya sebagai Kepala Badan Pangan Nasional hari ini, Senin (13/10).

Amran menjelaskan pemerintah akan berusaha memasok semua gula konsumsi dari dalam negeri secepatnya tahun depan. Sementara itu, Amran belum menjelaskan kapan pasokan gula untuk bahan baku sektor manufaktur dapat dipenuhi secara lokal.

"Saat ini pemenuhan gula konsumsi dari dalam negeri asih sesuai rencana. Selanjutnya kami akan memenuhi kebutuhan gula industri dari dalam negeri," kata Amran di Kantor Badan Pangan Nasional, Senin (13/10).

Amran menyampaikan strategi utama dalam swasembada gula konsumsi adalah intensifikasi dengan cara bongkar ratoon. Untuk diketahui, bongkar ratoon adalah mencabut tanaman tebu tua yang telah kembali bertunas dengan bibit tebu baru.

Dia mencatat pemerintah akan melakukan kegiatan bongkar ratoon pada 200.000 hektare kebun tebu pada 2025-2026. Angka tersebut setara dengan 38,4% total luas panen kebun tebu pada tahun lalu yang mencapai 520.823 hektare.

Berdasarkan data Kementan, total produksi tebu 2024 mencapai 33,21 juta ton dengan rendemen rata-rata 7,42%. Dengan demikian, produksi gula konsumsi pada tahun lalu baru mencapai 2,45 juta ton atau masih defisit sekitar 27,94% dari kebutuhan gula konsumsi nasional yang mencapai 3,4 juta ton.

"Mudah-mudahan dengan langkah bongkar ratoon ini dapat meningkatkan produksi gula konsumsi minimal 30% sampai 40% dari kebutuhan tahun lalu," katanya.

Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia atau APTRI mendorong pemotongan kuota impor gula rafinasi pada tahun depan hingga menjadi 2,7 juta ton. Sebab, petani menemukan penekan harga gula tingkat petani saat ini adalah merembesnya gula khusus industri tersebut ke pasar konsumen.

Badan Pangan Nasional menunjukkan tren penurunan harga acuan pembelian gula tingkat petani sejak Mei 2025 sampai saat ini. Adapun rata-rata nasional harga gula tingkat petani susut dari Rp 15.746 per kg para April 2025 menjadi Rp 14.476 hari ini, Rabu (27/8).

"Kami sudah bolak-balik menjelaskan kondisi tersebut disebabkan bahwa pasar gula nasional dipenuhi gula rafinasi impor. Pemerintah harus bertanggung jawab karena kuota impor yang ditetapkan awal tahun tidak terkendali," kata Sekretaris Jenderal APTRI, M Nur Khabsyin di Jakarta Selatan, Rabu (27/8).

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...