Harga Emas Dunia Melonjak 60% Tahun Ini, Industri Apa Saja yang Diuntungkan?

Mela Syaharani
16 Oktober 2025, 06:20
harga emas, harga emas dunia
Unsplash
Harga emas dunia pada Rabu (15/10) naik 1,3% menjadi US$ 4.195,35 atau Rp 69,47 juta per ons. Mineral berwarna kuning ini sebelumnya sempat mencapai harga US$ 4.217,95 per ons.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga emas dunia terus naik, bahkan mencetak rekor baru dalam beberapa waktu terakhir. Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan, Bisman Bakhtiar mengatakan, kondisi ini menjadi ladang keuntungan bagi industri pertambangan emas.

“Ini juga akan meningkatkan eksplorasi dan investasi pertambangan emas, selain itu juga akan meningkatkan penerimaan negara berupa PNBP dari perdagangan dan ekspor emas,” kata Bisman kepada Katadata, Rabu (15/10).

Harga emas dunia pada Rabu (15/10) naik 1,3% menjadi US$ 4.195,35 atau Rp 69,47 juta per ons. Mineral berwarna kuning ini sebelumnya sempat mencapai harga US$ 4.217,95 per ons.

Sementara itu, harga emas dalam kontrak berjangka untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,9% menjadi US$ 4.201,6 per ons.

Kenaikan harga ini memperpanjang rekor melalui peningkatan spekulasi atas pemangkasan suku bunga serta ketegangan politik antara Amerika Serikat (AS) dan Cina yang mendorong investor berbondong-bondong ke logam yang sering disebut safe-heaven.

“Jika dimanfaatkan dengan baik, (kenaikan harga) ini juga akan mendorong hilirisasi pertambangan emas,” ujarnya.

Berdasarkan catatan Reuters, harga emas telah naik lebih dari 60% tahun ini. Kondisi tersebut didorong oleh berbagai faktor seperti ketegangan geopolitik, ekspektasi pemotongan suku bunga, pembelian oleh bank sentral, de-dolarisasi, hingga aliran dana yang kuat ke ETF.

Emas dianggap sebagai pelindung nilai tradisional saat terjadi kondisi ketidakpastian dan inflasi. Mineral ini juga bisa dikembangkan dalam lingkungan yang memiliki suku bunga rendah sebab tergolong aset yang tidak menghasilkan imbal hasil.

Pengaruhnya ke Perak

Kenaikan harga ini juga berpengaruh terhadap perak yang merupakan salah satu komoditas mineral ikutan dalam emas. “Untuk mineral berupa logam mulia misal perak dimungkinkan terdampak ikut harga naik walaupun tidak signifikan, namun bagi pertambangan mineral lain dan batubara tidak ada pengaruh secara langsung, jadi harga tidak akan ikut naik,” ujar Bisman.

Reuters mencatat harga perak naik 2,3% menjadi US$ 52,64 per ons, turun tipis dari rekor harga tertinggi sebelumnya yang mencapai US$ 53,6 per ons.

“Kenaikan harga perak ini didorong oleh pasokan yang ketat di London, ditandai dengan backwardation ekstrem dan peningkatan tingkat sewa. Namun, kondisi kenaikan harga dapat berbalik dengan cepat jika kekurangan pasokan mereda,” kata Strategis senior di Pepperstone, Michael Brown dikutip dari Reuters, Kamis (16/10).

Hal senada juga disampaikan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Tri Winarno. Menurut dia, harga perak akan ikut terkerek jika mineral pokok seperti tembaga dan emas mengalami kenaikan harga.

Dia menyebut Indonesia saat ini sebetulnya sudah memiliki rencana untuk melakukan hilirisasi perak, namun tak kunjung terlaksana sebab jumlahnya masih terbatas sehingga belum dikembangkan secara khusus.

“Kalau harga memang perak itu mengikuti emas,” kata Tri saat ditemui di Mineral dan Batu Bara Convex 2025, Rabu (16/10).

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...