Nestle PHK 16.000 Karyawan Demi Efisiensi dan Antisipasi Dampak Tarif Trump
CEO baru Nestle, Philipp Navratil, mengumumkan pemangkasan atau PHK 16 ribu karyawan perusahaannya pada Kamis (16/10). Pemecatan ini terdiri atas dua tahap, yakni 12 ribu karyawan dalam dua tahun ke depan ditambah pengurangan 4 ribu karyawan.
Langkah ini dilakukan Nestle, perusahaan makanan kemasan terbesar di dunia, untuk memangkas biaya dan memulihkan kepercayaan investor. Jumlah PHK ini setara dengan 5,8% dari total karyawan Nestle yang mencapai 277 ribu orang.
Navratil menyebut, perusahaan telah menaikkan target penghematan biaya dari CHF 2,5 miliar (Rp 52,42 triliun) menjadi CHF 3 miliar hingga akhir 2027. Tahun ini, penghematan yang berhasil dicapai sebesar CHF 700 juta.
Sebagian besar produk Nestlé di AS diproduksi secara domestik, tetapi tarif impor tetap menjadi hambatan. Kondisi ini diperparah setelah Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor dari negara lain.
Secara umum, produsen makanan menghadapi masalah kepercayaan konsumen yang rapuh dan perubahan kebiasaan makan menjadi lebih sehat.
“Dunia sedang berubah, dan Nestle perlu berubah lebih cepat,” kata Navratil, dikutip dari Reuters, Jumat (17/10).
Pertahankan Target 2025
Meskipun melakukan PHK, Nestle tetap mempertahankan target 2025, dengan keyakinan pertumbuhan penjualan organik akan meningkat dibandingkan 2024 dan margin laba operasional sebesar 16% atau lebih.
Perkiraan margin ini sudah memperhitungkan tarif impor AS sebesar 39% untuk barang-barang Swiss, yang berlaku efektif Agustus lalu.
Secara kuartal, penjualan organik Nestle naik 4,3%, lebih tinggi dibanding perkiraan analis sebesar 3,7%, didorong kenaikan harga pada kopi dan permen. Namun penjualan di Greater Cina menjadi beban perusahaan.
Greater Cina mencakup Cina, Hong Kong, Makau, dan Taiwan. Penjualan di sini sempat melambat karena persaingan lokal, sehingga Nestlé fokus pada inovasi dan kebutuhan konsumen.
CFO Anna Manz mengatakan, Nestle terlalu fokus pada perluasan distribusi di Cina dan kurang membangun permintaan konsumen.
“Jadi, yang Anda lihat di Cina adalah kami memperbaiki hal itu dan sebenarnya mengonsolidasikan distribusi kami serta membuatnya lebih efisien, sambil membangun permintaan konsumen," katanya.
