Sektor Manufaktur Indonesia Ekspansif, Namun Kalah dari Vietnam dan Thailand
Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Oktober 2025 naik menjadi 51,2 poin. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut kenaikan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan domestik.
Capaian tersebut menandakan sektor manufaktur nasional berada di zona ekspansif selama tiga bulan berturut-turut sejak Agustus 2025. Sebelumnya, PMI Indonesia mencapai 50,4 poin pada September, dan tertinggi pada Februari 2025 di level 53,6 poin. Agus menjelaskan kenaikan PMI Oktober terutama disebabkan oleh peningkatan pesanan baru dan penyerapan tenaga kerja, menandakan tumbuhnya kepercayaan pelaku industri terhadap pasar domestik.
Namun, ia menambahkan bahwa aktivitas produksi masih berada di titik keseimbangan 50,0 poin. Kinerja ekspor juga melemah akibat penurunan permintaan dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. “Dengan demikian, kekuatan konsumsi dalam negeri menjadi motor utama pertumbuhan industri kita,” kata Agus kepada Katadata.co.id, Senin (3/11).
Masih di Bawah Thailand dan Vietnam
Secara regional, PMI manufaktur ASEAN meningkat ke level 51,6 pada Oktober 2025. Indonesia (51,2) tetap berada di zona ekspansi, meski masih di bawah Thailand (56,6), Vietnam (54,5), dan Myanmar (53,1). Beberapa negara besar dunia seperti Tiongkok (51,2) dan India (57,7) juga menunjukkan ekspansi terbatas, menandakan stabilitas aktivitas manufaktur global.
Meski demikian, ia menegaskan PMI bukan indikator yang digunakan pemerintah dalam merumuskan kebijakan sektor manufaktur.
“Kami tidak pernah menggunakan PMI untuk membuat kebijakan karena tidak menyediakan data yang rinci. Saya ingin mengubah pola pikir pemangku kepentingan bahwa PMI tidak menunjukkan kondisi yang rinci, sehingga tidak perlu menjadi patokan manufaktur di dalam negeri,”
Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, mengatakan volume produksi Indonesia berada di level netral karena sebagian produsen masih mengandalkan persediaan barang jadi. Namun, ia menilai perbaikan sektor manufaktur semakin menguat pada awal kuartal IV 2025.
“Tekanan harga masih tetap tinggi, dengan produsen mencatat kenaikan beban biaya rata-rata paling tajam dalam delapan bulan terakhir akibat naiknya harga bahan baku. Meski demikian, perusahaan berhati-hati membebankan kenaikan biaya kepada pelanggan, sehingga harga jual hanya meningkat tipis demi menjaga daya saing,” ujar Bhatti.
