Dari Kelapa hingga Singkong: Pertaruhan Hilirisasi Pertanian Rp 371 Triliun
Menteri Pertanian Amran Sulaiman optimistis dapat membuka 1 juta lapangan kerja per tahun di bidang pertanian pada 2026-2028. Rencana ini sejalan dengan target investasi di bidang pertanian senilai Rp 371 triliun dengan potensi pembukaan lapangan kerja untuk 3 juta orang.
Amran menyampaikan pembukaan lapangan kerja pada tahun depan akan fokus pada hilirisasi beberapa komoditas, yakni kelapa dalam, kakao, mete, dan kelapa sawit. Pembentukan dokumen pendukung studi kelayakan rampung pada Januari 2026 agar realisasi investasi bisa dimulai awal tahun depan.
"Realisasi investasi ini akan berjalan selama tiga tahun, jadi total lapangan kerja yang dibuka sekitar tiga juta," kata Amran di kantornya, Jumat (7/11).
Realisasi investasi tersebut akan dilakukan oleh perusahaan milik negara yang dikelola Daya Anagata Nusantara. Karena itu, sebagian sumber dana investasi tersebut akan ditanggung oleh Danantara.
Amran mengatakan program hilirisasi di bidang pertanian berpotensi mendongkrak harga komoditas hingga 100 kali lipat. Langkah ini terbukti keberhasilan hilirisasi kelapa dalam di Maluku Utara dari Rp 600 per butir menjadi Rp 3.500 per butir.
"Kami harap harga kelapa dalam di Maluku Utara terus naik agar setidaknya dijual Rp 6 ribu per butir," katanya.
Selain itu, Amran optimistis meraih target pembukaan lapangan kerja setelah melihat realisasi penghentian impor beras pada tahun ini. Target penghentian impor beras telah dipercepat Presiden Prabowo Subianto dari pada 2029 menjadi tahun ini.
Jadi, target pembukaan satu juta lapangan kerja di bidang pertanian, menurut dia, sangat realistis. "Target yang kami hitung selalu moderat," kata Amran.
Peluang Hilirisasi Pertanian
Pada Maret 2025, Amran memaparkan ada peluang investasi senilai Rp 802,58 triliun dalam program hilirisasi pangan pada 11 komoditas. Pada tahap pertama, pemerintah akan fokus mengembangkan tujuh jenis pangan dengan potensi investasi sekitar Rp 460 triliun.
Ketujuh komoditas itu adalah bawang putih, singkong, kelapa sawit, kelapa, tebu, aren, dan sapi. Pemerintah melakukan hilirisasi ini untuk menghentikan impor barang yang bisa diproduksi sektor pertanian lokal dan meningkatkan nilai tambah produk pangan yang berorientasi ekspor.
Sektor pertanian dengan kebutuhan investasi hilirisasi terbesar adalah kelapa sawit senilai Rp 321,13 triliun. Ada dua produk yang menjadi fokus utamanya, yakni minyak sawit mentah (CPO) dan biodiesel.
Lalu, program hilirisasi kelapa akan memanfaatkan pohon kelapa produktif yang sudah tertanam di lahan seluas 300 ribu hektare di Sulawesi Utara, Maluku Utara, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Riau.
Hilirisasi singkong akan menyerap tenaga kerja paling besar atau hingga 1,45 juta orang. Potensi investasi senilai 4,23 triliun tersebut akan memanfaatkan lahan singkong eksisting seluas 300 ribu hektare untuk memproduksi bahan baku bagi lima pabrik tepung tapioka dan lima pabrik tepung singkong fermentasi atau mocaf.
Dalam hitungannya, investasi pada sektor pertaniaan akan menggerakkan sektor lainnya dan berubah menjadi 33 kali lipat. Badan Pusat Statistik mendata investasi pertanian senilai Rp 1.366 triliun pada 2016 berhasil menggerakan enam sektor perekonomian dengan total nilai Rp 45.336 triliun.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengumumkan rencana investasi besar-besaran pemerintah yang mencakup 30 proyek strategis di berbagai sektor. Prabowo menyebutkan program ini diharapkan dapat menciptakan sekitar 8 juta lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia.
Pada kesempatan itu Ketua Umum Partai Gerindra ini menyoroti sektor pertanian dan perikanan sebagai dua bidang yang akan mendapat perhatian khusus dalam investasi ini. Selain berkontribusi besar terhadap devisa negara, sektor-sektor ini dinilai mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
"Kamimelihat beberapa sektor masih sangat penting, sektor pertanian, perikanan, ini menghasilkan devisa yang sangat besar, tapi juga menciptakan lapangan kerja yang sangat besar," kata Prabowo.
