Profil Warner Bros, Pemilik HBO yang akan Diakuisisi Netflix Senilai Rp 1.380 T
Netflix akan mengakuisisi Warner Bros Discovery senilai US$ 72 miliar dan menanggung utang lebih dari US$ 10 miliar, sehingga nilai kesepakatan ini menjadi US$ 82,7 miliar atau Rp 1.380 triliun (kurs Rp 16.690 per US$).
Kesepakatan itu masih menunggu persetujuan pemegang saham Warner Bros, serta regulator pemerintah di AS dan luar negeri. Netflix menyatakan bahwa mereka akan dapat menyelesaikan pembelian ini dalam waktu sekitar satu hingga 18 bulan.
Netflix mengirimkan email kepada pelanggan Australia pada Minggu (7/12), yang mengatakan tidak ada yang berubah. HBO Max dan Netflix akan terus beroperasi secara terpisah untuk saat ini.
"Kami memiliki beberapa langkah lagi yang harus diselesaikan sebelum kesepakatan ini ditutup, termasuk persetujuan regulator dan pemegang saham," demikian isi email Netflix kepada pelanggan di Australia, dikutip dari ABC News, Minggu (7/12).
Profil Warner Bos
Mengutip dari situs web Warner Bros, cikal bakal perusahaan ini adalah sebuah studio film sederhana yang pertama kali dibangun oleh Warner bersaudara (Albert, Sam, Harry dan Jack) pada 4 April 1923.
Film pertama yang menjadi tonggak sejarah bagi Warner Bros adalah The Jazz Singer yang rilis pada 1927. Film 'talkie' atau film yang sudah tersinkronisasi dengan suara itu menjadi peletak dasar kreativitas dan inovasi dalam pembuatan film. Warner Bros menjadi pelopor era baru dalam membuat film sehingga penontonnya dapat mendengarkan dialog suara dari film yang ditonton.
Kendati demikian jauh sebelum itu, Warner bersaudara memulai bisnis bioskop sederhana terlebih dahulu. Berbekal proyektor film yang digunakan untuk memutar film di Pennsylvania dan Ohio.
Film pertama yang mereka putar adalah Life of an American Fireman dan The Great Train Robbery dengan investasi sebesar US$ 150. Warner bersaudara lalu melanjutkan bisnis pertunjukan tersebut dengan membuka gedung teater pertama di Cascade, New Castle, Pennsylvania pada 1903.
Pada 1904, The Warners mendirikan Duquesne Amusement & Supply Company yang berbasis di Pittsburgh. Tugasnya adalah untuk mendistribusikan film.
Perjalanan Warner sebagai pengusaha bisnis pertunjukan berlanjut dengan membuka Studio Warner Brothers pertama pada 1918 di Sunset Boulevard, Hollywood. Mereka berbagi tugas. Sam dan Jack memproduksi film-film tersebut, sementara Harry dan Albert bertindak sebagai pengawas yang menangani persoalan manajemen dan keuangan perusahaan.
Baru pada 4 April 1923, setelah mendapatkan pinjaman dari Motley Flint, keempat bersaudara ini secara resmi merilis Warner Bros Pictures, Incorporated. Berawal dari studio kecil, pada 1924 studio ini masuk ke dalam jajaran studio sukses di Hollywood berkat film-film yang mengisahkan seekor anjing Rin Tin Tin, serta film bisu besutan Ernst Lubitsch berjudul The Marriage Circle.
Setelah mengalami berbagai periode pasang-surut, Jack Warner sebagai pemilik terakhir Warner Bros menjual kendali studio Warner Bros dan bisnis musik Warner Bros Records ke Seven Arts Production. Perusahaan ini dikendalikan oleh investor asal Kanada, Elliot dan Kenneth Hyman. Ini menandai era baru dalam Warner Bros.
Namun, pergantian ini tak lama. Elliot dan Kenneth Hyman mengalihkannya ke Kinney National Company seharga US$ 64 juta. Aksi Kinney ini dipengaruhi oleh Ted Ashley yang mengoperasikan agensi bakat Hollywood.
Usai aksi ini dilakukan perusahaan, Ashley ditunjuk menjadi kepala studio. Hal pertama yang dilakukan Ashley adalah mengembalikan nama studio menjadi Warner Bros.Inc. Sebelumnya, di masa penguasaan Hyman, studio berganti nama menjadi Warner Bros.-Seven Arts.
Di tangan Ashley, Warner Bros kembali mendulang kejayaan dengan sejumlah artis besar yang dilahirkan yaitu Paul Newman, Robert Redford, Barbra Streisand, dan Clint Eastwood. Era 1970-an menjadi era kejayaan Warner Bros, mengungguli studio-studio pesaingnya.
Di masa itu, film yang diproduksi Warner Bros memiliki jangkauan yang luas, mulai dari komedi, action, drama keluarga, hingga film-film yang diadaptasi dari komik milik anak perusahaanya, DC Comics. Film Superman, Batman, dan Wonder Woman laku di pasaran.
Alasan Netflix Akuisisi Warner Bros
Pembelian studio yang telah berdiri selama 102 tahun sejak era film bisu merupakan perubahan strategis yang signifikan bagi perusahaan yang berbasis di Los Gatos, California ini. Netflix mulai beroperasi pada 1997 dengan membeli DVD film dan mengirimkannya dalam angpao kepada pelanggan.
"Kombinasi Netflix dan Warner Bros. menciptakan Netflix yang lebih baik dalam jangka panjang. Ini mempersiapkan kami untuk kesuksesan selama beberapa dekade mendatang,” ujar Ted Sarandos. Meskipun Netflix telah menghasilkan beberapa waralaba TV yang sukses, termasuk "Stranger Things," "Squid Games," "Bridgerton," dan "KPop Demon Hunters," layanan streaming ini tidak memiliki koleksi yang lengkap.
"Langkah ini (akuisisi) bertujuan menambah daya gedor serius pada permainan konten Netflix," kata Wakil Presiden Senior Media dan Hiburan di perusahaan informasi TransUnion, Julie Clark.
Warner Bros Discovery memiliki salah satu perpustakaan konten terkuat di industri hiburan global, terutama melalui HBO yang dikenal sebagai rumah bagi serial premium berstandar tinggi. Dari Game of Thrones, House of the Dragon, The Last of Us, hingga Euphoria, Succession, dan The White Lotus, katalog HBO menjadi “harta karun” yang memberi nilai strategis besar bagi perusahaan. Selain itu, Warner Bros juga membawahi studio film dan waralaba besar seperti Harry Potter, DC Universe (Batman, Superman, Wonder Woman), Dune, hingga Godzilla x Kong, yang seluruhnya memiliki basis penggemar luas dan daya hidup jangka panjang.
Kekuatan inilah yang dibidik Netflix melalui akuisisi senilai lebih dari US$ 82 miliar tersebut. Selama ini Netflix dikenal punya banyak judul populer, namun belum memiliki portofolio waralaba besar yang mampu menopang pertumbuhan jangka panjang. Dengan masuknya katalog HBO, DC, serta ribuan konten klasik seperti Friends dan The Big Bang Theory, Netflix berharap bisa memperkuat daya saingnya di pasar streaming global, menambah kedalaman konten, dan membuka peluang produksi baru yang lebih besar di masa depan.
"HBO menghadirkan harta karun kekayaan intelektual, waralaba yang telah teruji, dan penceritaan kelas dunia," ujar dia. "Itu sangat penting bagi Netflix,” Clark menambahkan.
Menurut dia, kesepakatan itu menunjukkan para eksekutif Netflix menyadari pertumbuhan stabil perusahaan dapat terhenti, kecuali jika meningkatkan produksi acara-acara baru yang sukses. "Warner Brosme miliki aset studio yang luas termasuk studio televisi terkemuka," ujar Co-Chief Executive Netflix Greg Peters kepada jurnalis LA Times.
"Akuisisi ini akan memungkinkan kami untuk memperluas kapasitas produksi secara signifikan di Amerika Serikat dan terus berinvestasi dalam konten orisinal. Dalam jangka panjang, hal ini berarti lebih banyak peluang bagi talenta kreatif," ujarnya.
