Pemenuhan Susu Segar dalam MBG Terkendala Kapasitas Pengemasan

Andi M. Arief
15 Desember 2025, 14:01
Petugas menyiapkan sajian menu Makan Begizi Gratis (MBG) di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polda Kalimantan Tengah, Palangka Raya, Kamis (4/12/2025). SPPG Polda Kalteng menyalukan MBG ke 19 sekolah terdekat mulai dari jenjang TK, SD, SMP, hingga S
ANTARA FOTO/Auliya Rahman/nz
Petugas menyiapkan sajian menu Makan Begizi Gratis (MBG) di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polda Kalimantan Tengah, Palangka Raya, Kamis (4/12/2025). SPPG Polda Kalteng menyalukan MBG ke 19 sekolah terdekat mulai dari jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA/sederajat dengan penerima manfaat sebanyak 4.014 pelajar.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pemerintah mengakui pemenuhan susu segar dalam program Makan Bergizi Gratis atau MBG masih menghadapi kendala. Keterbatasan kapasitas pengemasan menjadi salah satu hambatan utama, terutama untuk kemasan khusus yang digunakan dalam program tersebut.

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian, Merrijantij Punguan Pintaria, mengatakan ukuran kemasan susu untuk MBG ditetapkan hanya 115 mililiter agar sesuai dengan alokasi anggaran per porsi. Namun, industri pengemasan susu nasional belum sepenuhnya siap memenuhi kebutuhan tersebut.

Menurut Merrijantij, kapasitas pengemasan susu segar khusus MBG saat ini baru mencapai sekitar 2,3 juta unit per tahun. Padahal, ketika program MBG berjalan penuh, kebutuhan pengemasan diperkirakan mencapai 165,8 juta unit per pekan.

“Saat ini industri susu segar memang masih terseok-seok karena pabrik pengemasan untuk kemasan kecil belum mampu memenuhi kebutuhan. Mudah-mudahan tahun depan kapasitas ini sudah bisa dipenuhi,” kata Merrijantij kepada Katadata.co.id, Senin (15/12).

Ia menjelaskan, selama ini mayoritas susu segar diproduksi dalam kemasan berukuran 225 mililiter. Karena itu, sebagian pemenuhan kebutuhan MBG masih bergantung pada penyesuaian ukuran kemasan di pabrik pengemasan susu segar yang sudah ada.

Merrijantij menjadwalkan pabrik pengemasan akan menyelesaikan pengaturan mesin dan realisasi investasi tambahan pada tahun depan. Namun Merrijantij masih enggan mengumumkan berapa nilai investasi total dalam pengubahan kemasan maupun jumlah pabrik eksisting yang berpartisipasi untuk memenuhi MBG

Sebagaimana diketahui, setiap penerima manfaat MBG dijadwalkan mengonsumsi susu segar sebanyak dua kali dalam sepekan. Namun keterbatasan kapasitas pengemasan ukuran kecil membuat pemenuhan menu susu dalam program ini belum dapat dilakukan secara optimal.

“Kami sedang mengupayakan pemenuhan kapasitas tersebut melalui kerja sama dengan perusahaan pengemasan umum. Proses ini masih berjalan karena perubahan ukuran kemasan di pabrik tidak bisa dilakukan secara instan,” ujarnya.

Di sisi lain, program MBG mulai membuka peluang pasar bagi pelaku usaha, termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satu pemasok susu MBG, Sweet Sundae, saat ini memasok sekitar 12.000 unit susu segar kemasan 100 mililiter per pekan.

Pemilik sekaligus Co-Founder Sweet Sundae, Yuki Rahmayanti, mengatakan pasokan susu untuk program MBG memberikan kontribusi signifikan terhadap omzet perusahaannya. Sweet Sundae telah memasok susu segar untuk MBG sejak Februari 2025 dan bekerja sama dengan sejumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi  atau SPPG di berbagai daerah, seperti Magelang, Mertoyudan, Pacitan, Purworejo, Cilacap, Kudus, dan Semarang.

“Kalau dihitung nominal, omzet dari pasokan susu untuk MBG sampai sekarang sekitar Rp 1 miliar,” kata Yuki saat ditemui di lokasi produksi Sweet Sundae di Yogyakarta, Jawa Tengah, Kamis (21/8).

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Ferry Juliantono menyatakan pemerintah akan menyiapkan pembiayaan sekitar Rp 200 miliar bagi koperasi yang terlibat dalam program MBG. Saat ini, terdapat sekitar 1.000 koperasi yang berperan sebagai pemasok bahan baku maupun pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi dalam program tersebut.

Ferry menjelaskan pembiayaan tersebut akan disalurkan melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) untuk meningkatkan kapasitas koperasi dalam memasok bahan baku MBG, seperti telur ayam, daging ayam, dan susu segar.

“Pembiayaan dari LPDB bisa lebih dari Rp 200 miliar, tergantung kebutuhan bahan baku program MBG. Nilainya akan mengikuti kapasitas fasilitas produksi yang dibangun,” kata Ferry di kantornya, Kamis (6/11).

Ia menegaskan keterlibatan koperasi dalam program MBG tidak akan mematikan UMKM di pedesaan. Justru, menurut Ferry, pelaku UMKM dapat memperoleh keuntungan karena koperasi mampu menyerap bahan baku dalam volume besar sehingga harga menjadi lebih efisien.

Dengan skema tersebut, petani dan peternak tetap mendapatkan pasar yang pasti, sementara UMKM dapat menikmati harga bahan baku yang lebih rendah melalui mekanisme penyerapan oleh koperasi.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...