Investor Asing Ragu Genjot Investasi Impor Sapi Perah untuk MBG, Apa Sebabnya?
Kementerian Perindustrian menyatakan realisasi target impor hingga satu juta ekor sapi perah sampai akhir 2029 masih menghadapi hambatan. Selain terbatasnya pasokan sapi perah di negara asal, investor asing masih bersikap wait and see sambil memantau perkembangan sapi perah impor yang telah masuk ke Indonesia.
Kementerian Pertanian mencatat total sapi bakalan impor yang masuk ke dalam negeri baru mencapai 25.097 ekor hingga Juli 2025. Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin Merrijantij Punguan Pintaria mengatakan investor asing belum merealisasikan investasi lanjutan karena masih menilai kinerja dan produktivitas sapi perah impor tersebut.
“Investor asing ingin melihat bagaimana perlakuan peternak lokal terhadap sapi perah yang sudah diimpor. Mereka masih mengamati secara dekat kondisi aktual dan hasil produksinya,” kata Merrijantij kepada Katadata.co.id, Senin (15/12).
Merrijantij menilai peningkatan populasi sapi perah menjadi kunci agar kebutuhan susu segar, khususnya untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), dapat dipenuhi dari dalam negeri. Saat ini, sekitar 80% kebutuhan susu nasional masih bergantung pada impor, atau setara sekitar 4 juta ton per tahun.
Namun demikian, realisasi impor sapi perah diperkirakan tetap terbatas dalam waktu dekat. Kementerian Pertanian mencatat sapi perah impor yang masuk hingga Juli 2025 berasal dari Australia, Selandia Baru, Meksiko, Amerika Serikat, dan Brasil. Pasokan dari negara-negara tersebut kini juga semakin terbatas.
“Impor satu juta ekor sapi perah memang akan berproses hingga akhir 2029, karena alokasi sapi perah untuk dikapalkan ke Indonesia saat ini sudah habis,” ujarnya.
Selain untuk mendukung program MBG, penambahan populasi sapi perah juga dinilai penting untuk mengantisipasi potensi kenaikan konsumsi susu nasional. Saat ini, konsumsi susu per kapita Indonesia baru mencapai 17,76 liter per tahun, jauh di bawah Vietnam yang mencapai 37,21 liter, Malaysia 42,49 liter, dan Singapura 46,1 liter per tahun.
Merrijantij menilai permintaan susu segar akan terus meningkat seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin peduli kesehatan. Kondisi tersebut sejalan dengan agenda pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan dan gizi nasional.
“Untuk meningkatkan kontribusi peternak sapi perah domestik sekaligus menurunkan impor, penguatan rantai pasok susu segar menjadi kunci utama,” katanya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menyampaikan volume impor sapi perah hidup pada tahun ini diperkirakan tidak akan mencapai target 200.000 ekor. Menurutnya, investor peternakan sapi perah asing baru akan mulai merealisasikan investasi paling cepat pada akhir 2025.
Sudaryono menambahkan, pencapaian target impor sapi perah sangat bergantung pada keberhasilan implementasi program Makan Bergizi Gratis. Pemerintah menargetkan impor sapi perah hidup mencapai sekitar 1,3 juta ekor hingga 2029.
“Saya meyakini target impor 200.000 ekor per tahun baru bisa tercapai tahun depan, seiring berjalannya program MBG secara penuh. Itu yang akan memicu investor merealisasikan rencananya, karena mereka tidak bisa gegabah,” kata Sudaryono di Gedung DPR, Rabu (3/9).
