Meleset dari Target APBN, Pertumbuhan Ekonomi 2026 Diprediksi Hanya 5%

Rahayu Subekti
29 Desember 2025, 17:09
Suasana gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (4/11/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 mencapai 5,04% secara tahunan.
Katadata/Fauza Syahputra
Suasana gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (4/11/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 mencapai 5,04% secara tahunan.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 tidak akan mencapai target dalam Undang-undang Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) 2026 yang dipatok 5,4%. Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengatakan ekonomi RI diproyeksikan hanya mencapai 5%.

Esther mengungkapkan ada sejumlah faktor yang menyebabkan ekonomi Indonesia terus meleset dari target pemerintah. Bahkan, ia mengatakan target ekonomi yang meleset ini sudah terjadi sejak 2025.

“Nah kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi ini kan melesat terus ya dari target yang sudah ditetapkan oleh APBN gitu ya. Contoh misalnya kuartal III 2025 targetnya 5,2%, realisasinya 5,04%,” kata Esther dalam Diskusi Indef Catatan Akhir Tahun: Liburan di Tengah Tekanan Fiskal, Senin (29/12).

Dalam paparannya, Esther menjelaskan, rata-rata capaian pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal I hingga III 2025 adalah 5,01%. Hal ini menunjukan, untuk mencapai target pertumbuhan 5,2% pada 2025 membutuhkan upaya lebih kencang.

Begitupun pada 2026, Esther mengungkapkan akan banyak faktor yang menyebabkan ekonomi RI meleset dari target lagi. Faktor pertama yakni ketidakpastian global yang meningkat seperti faktor geopolitik, perlambatan ekonomi Cina, dan fragmentasi perdagangan.

Semua kondisi global itu menekan ekspor, arus modal, dan nilai tukar. Untuk itu, Esther menilai fundamental ekonomi menjadi imunitas terpenting untuk menghadapi 2026.

“Singapura, Malaysia, Thailand dan seterusnya, mereka memang terdampak, tetapi karena imunitas fundamental ekonominya itu relatif kuat jadi terdampaknya tidak parah. Kalau kita ini relatif rentan karena ketergantungan kita terhadap dunia luar ini tinggi,” ujar Esther.

Selanjutnya yaitu pemulihan konsumsi domestik masih rapuh. Esther mengatakan konsumsi masyarakat yang belum optimal ini akibat tekanan harga pangan, energi, dan daya beli yang belum pulih kuat.

Faktor lain yang menyebabkan ekonomi RI belum bisa tumbuh sesuai target pada 2026 adalah investasi belum ekspansif dan kurang produktif. “Investasi masih bertumpu pada proyek padat modal dengan efek pengganda kecil,” kata Esther. 

Hal ini semakin diperburuk dengan rapuhnya pasar tenaga kerja rapuh yang didominasi informal dan skill mismatch. Hal ini membuat kenaikan pendapatan rumah tangga terbatas. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...