AS Cabut Tuduhan Manipulator Mata Uang dari Tiongkok
Departemen Keuangan Amerika Serikat mencabut tuduhan bahwa Tiongkok memanipulasi mata uangnya, beberapa hari sebelum kedua negara ekonomi terbesar dunia ini meneken kesepakatan dagang.
Dikutip dari Reuters, keputusan ini termuat dalam laporan mata uang pertengahan tahun yang tertunda lama, berbalik dari langkah Menteri Keuangan Steven Mnuchin pada Agustus lalu saat puncak ketegangan perdagangan AS-China.
Mnuchin sebelumnya menuduh Tiongkok sengaja menekan nilai mata uang yuan untuk menciptakan keuntungan perdagangan yang tidak adil, beberapa jam setelah Presiden Donald Trump marah karena tak ada kemajuan dalam negosiasi dagang.
Tuduhan ini merupakan yang pertama sejak 1994, terakhir kali Departemen AS mengeluarkan tudingan manipulasi mata uang Tiongkok. Namun, Beijing hanya memenuhi satu dari tiga kriteria yang dibuat Departemen Keuangan AS untuk menuduh sebuah negara melakukan manipulasi mata uang, yakni surplus perdagangan bilateral besar dengan Amerika Serikat.
(Baca: AS Pastikan Komitmen Tiongkok soal Kesepakatan Dagang Tahap I)
Dalam laporan mata uang terbarunya, Departemen Keuangan mengatakan bahwa sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan Fase 1, Tiongkok telah membuat komitmen yang dapat ditegakkan untuk menahan diri dari devaluasi kompetitif dan setuju untuk menerbitkan data yang relevan tentang nilai tukar dan saldo eksternal.
Wakil Perdana Menteri China Liu He tiba di Washington pada Senin (13/1) untuk menandatangani perjanjian perdagangan dengan Trump. Orang-orang yang akrab dengan perundingan mengatakan bahwa meskipun tuduhan manipulasi mata uang tidak memiliki konsekuensi nyata bagi Beijing, pencabutan tuduhan ini merupakan simbol penting dari niat baik bagi para pejabat Tiongkok.
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan kepada Fox Business bahwa terjemahan dari perjanjian perdagangan AS-China hampir selesai dan teks dari kesepakatan itu akan dipublikasikan pada Rabu (15/1) sebelum penandatanganan.
Laporan mata uang mengatakan yuan Tiongkok yang juga dikenal sebagai renminbi, telah terdepresiasi sejauh 7,18 per dolar AS pada awal September, tetapi telah pulih pada Oktober dan saat ini diperdagangkan pada sekitar 6,93 per dolar.
"Dalam konteks ini, Departemen Keuangan telah menetapkan bahwa Tiongkok seharusnya tidak lagi ditunjuk sebagai manipulator mata uang saat ini," kata laporan itu.
(Baca: Tiongkok Pastikan Teken Kesepakatan Dagang Tahap I Pekan Depan)
Namun, menurut laporan tersebut, Tiongkon harus mengambil langkah tegas untuk menghindari mata uang yang terus-menerus lemah dan memungkinkan keterbukaan pasar yang lebih besar untuk memperkuat prospek pertumbuhan jangka panjangnya. Sejauh ini, tidak ada reaksi langsung dari Beijing.
Pada Agustus, Bank Sentral Tiongkok menyangkal telah melakukan intervensi untuk melemahkan yuan dan mengatakan tuduhan Washington bahwa Tiongkok memanipulasi mata uang secara serius merusak peraturan internasional.
Laporan Departemen Keuangan menyebutkan kekhawatiran yang berlanjut tentang praktik mata uang dari sejumlah negara, yakni Jerman, Irlandia, Italia, Jepang, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Vietnam, dan Swiss.