Hutan Amazon Terbakar, Paru-paru Dunia yang Kini Terancam
Kebakaran hebat terjadi di Hutan Amazon dalam tiga pekan terakhir. Berdasarkan data satelit Badan Ruang Angkasa Brasil, INPE, jumlah titik api dalam kebakaran yang terjadi kali ini meningkat 84% dibanding tahun lalu.
Kejadian ini dianggap luar biasa, sebab tingginya kelembaban alami hutan hujan tropis Amazon seharusnya dapat menjaga kawasan ini dari kekeringan dan kebakaran hutan. NOAA (layanan informasi satelit atmosfer dan kelautan AS) pun menduga kegiatan deforestasi punya andil besar dalam kerusakan ekosistem yang menyebabkan kebakaran hutan Amazon.
Berbagai pihak pun menyayangkan kondisi ini. Aktor sekaligus aktivis lingkungan, Leonardo DiCaprio misalnya, mempertanyakan kenapa kejadian ini tak mendapat sorotan media.
(Baca: Bisa Ekspor Ayam ke Indonesia, Ini Gambaran Industri Peternakan Brasil)
“Mengerikan kalau berpikir bahwa hutan hujan terbesar di planet ini, Amazon, yang memproduksi 20% oksigen dan merupakan paru-paru dunia, terbakar selama 16 hari tanpa pemberitaan. Kenapa?" demikian dikutip dalam unggahan Instagramnya, Kamis (22/8).
Bentangan hutan hujan Amazon mencakup beberapa negara, yakni Brasil, Peru, Bolivia, Ekuador, Kolombia, Venezuela, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis.
Peneliti Fernando Espirito-Santo menyebut, dalam kondisi normal, Amazon menyerap dapat 2,2 miliar karbondioksida setiap tahun. Hal ini membantu mengurangi laju pemanasan global.
Dengan wilayah yang mencakup setengah hutan tropis dunia, Amazon tak hanya memproduksi oksigen, tapi juga air. Seperti dikutip WWF, sungai-sungai sepanjang 4.100 mil yang mengalir di Amazon menyumbang sekitar 15% air laut. Sisanya merupakan air bawah tanah.
(Baca: Harap-harap Cemas Menanti Realisasi Impor Ayam Brasil )
Amazon juga menjadi rumah bagi jutaan suku di Brasil. Coordinator of Indigenous Organizations of the Amazon Basin (COICA) memperkirakan, ada 2,7 juta orang suku asli yang terbagi dalam 350 grup etnis di sana. Sebanyak 60 suku di antaranya masih terisolasi.
Tak hanya itu, Amazon juga menyimpan setidaknya setengah dari keragaman flora dan fauna dunia. Terdapat 40 ribu spesies tanaman, 1.300 burung, 3.000 ikan, 430 mamalia, dan 2,5 juta serangga. Hingga saat ini belum diketahui nasib jutaan hayati ini akibat kebakaran tersebut.