PM Singapura Soroti Ketegangan AS dan Tiongkok di Laut China Selatan

Yuliawati
Oleh Yuliawati
5 Juni 2020, 20:14
AS, Tiongkok, China, Laut China Selatan
ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu/AWW/dj
Pengunjuk rasa antipemerintah berlari menghindari gas airmata saat berdemo menentang rencana Beijing untuk memberlakukan uu keamanan nasional di Hong Kong, China, Minggu (24/5/2020).

Aksi militer Amerika Serikat di Laut China Selatan semakin meruncingkan ketegangan negara itu dengan Tiongkok. Ketegangan antara dua negara adidaya itu menjadi perhatian banyak pemimpin negara, salah satunya Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Lee menulis dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Departemen Luar Negeri Singapura pada Kamis (4/6). Dia menyebut
kehadiran militer AS "tetap vital bagi kawasan Asia-Pasifik," dan Tiongkok tidak dapat mengambil alih peran itu di Asia Tenggara bahkan dengan semakin kuatnya militer mereka.

(Baca: Hubungan AS-Tiongkok Memanas, Korsel Ajak RI Tingkatkan Kerja Sama)

Alasannya, negara-negara di Asia Tenggara mencurigai langkah Tiongkok yang kerap mengklaim wilayah maritim dan teritorial di kawasan Laut China Selatan. “Meskipun kekuatan militernya meningkat, Tiongkok tidak akan dapat mengambil alih peran keamanan Amerika Serikat,” tulis Lee, dikutip dari Bloomberg, Jumat (5/6).

Hubungan antara Tiongkok dan Amerika Serikat kembali memanas dalam beberapa pekan terakhir. Beberapa isu menghantui hubungan mereka mulai dari perang dagang, 5G, tudingan terhadap penyebaran virus corona hingga RUU Keamanan Nasional di Hong Kong.

(Baca: Trump Larang Pesawat Penumpang Tiongkok Terbang ke AS)

Terakhir,  AS melarang maskapai Negeri Panda untuk mendarat di negara itu. Kondisi ini dikhawatirkan akan menimbulkan resesi regional dan  global juga dapat menciptakan konflik geopolitik baru

Di samping itu, dia menilai penarikan militer AS di Asia Utara akan memaksa Jepang dan Korea Selatan untuk mempertimbangkan pengembangan senjata nuklir dalam menghadapi ancaman Korea Utara yang semakin meningkat.

Lee juga menyatakan, negara-negara Asia-Pasifik tak ingin dipaksa untuk memilih antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Mereka ingin ingin berdamai dan memupuk hubungan baik dengan keduanya."

Lee memperingatkan bahwa jika AS mencoba menahan Tiongkok, atau jika Beijing berusaha membangun pengaruh eksklusif di Asia, kedua negara “akan memulai suatu jalan konfrontasi yang akan berlangsung selama beberapa dekade dan membahayakan Asia".

Sebaliknya kata Lee, bila kedua negara berkolaborasi, maka akan membuat kemajuan global. “Wajar jika kekuatan besar bersaing. Tetapi kapasitas mereka untuk kerja sama adalah ujian nyata dari tata negara, dan itu akan menentukan apakah umat manusia membuat kemajuan dalam masalah-masalah global seperti perubahan iklim, proliferasi nuklir, dan penyebaran penyakit menular. "

(Baca: Dampak Trump Cabut Status Khusus Hong Kong Bagi Ekonomi AS & Tiongkok)

.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...