6 Pekan Uji Coba, Uni Emirat Arab Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19
Uni Emirat Arab (UAE) pada Senin (14/9) merilis izin darurat penggunaan vaksin Covid-19 untuk petugas kesehatan. Izin ini dikeluarkan setelah uji klinis tahap ketiga vaksin baru berjalan enam pekan, dari idealnya enam bulan.
Vaksin yang digunakan adalah hasil pengembangan perusahaan farmasi milik Tiongkok, Sinopharm. "Vaksin akan tersedia untuk para pahlawan pertahanan di lini terdepan kita yang paling berisiko tertular virus," kata National Emergency Crisis and Disaster Management Authority (NCEMA) di Twitter.
Pengumuman itu muncul di tengah peningkatan kasus Covid-19 di Uni Emirat Arab, yang melaporkan 1.007 kasus baru pada Sabtu (12/9) lalu. Angka itu merupakan jumlah tertinggi sejak awal pandemi. Pada Senin (14/9) kemarin, negara itu mencatat 777 kasus tambahan.
Penggunaan darurat vaksin Covid-19, yang masih dalam tahap uji, diizinkan setelah evaluasi atas serangkaian kriteria. Sebelumnya, uji vaksin oleh NCEMA diberlakukan pada 31 ribu relawan sejak akhir Juni 2020.
Menurut NCEMA dari hasil uji sejauh ini, efek ringan dan efek samping diperkirakan muncul, namun tidak parah. Tidak ada rincian apa saja yang dimaksud efek ringan tersebut.
NCEMA menambahkan bahwa seribu orang dengan penyakit kronis yang menjalani uji coba vaksin Sinopharm juga tidak mengalami komplikasi.
Sebelum diuji coba secara besar-besaran di Uni Emirat Arab, Sinopham berhasil melalui uji klinis Tahap I dan II di Tiongkok. Hasilnya, 100% partisipan menghasilkan antibodi setelah diberikan dua kali suntikan dengan rentang 28 hari.
Sinopharm mengembangkan vaksin inaktif untuk Covid-19. Vaksin ini dibuat dengan virus yang telah dimatikan atau dengan protein yang berasal dari virus. Jenis vaksin ini sudah dikenal dan telah digunakan untuk melawan penyakit seperti influenza dan campak.
Berikut adalah Databoks terkait kandidat vaksin Coovid-19 yang dikembangkan di berbagai negara:
Bagaimana Indonesia?
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, dirinya akan berbicara dengan pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) untuk meminta tambahan 20 juta dosis vaksin Covid-19 tahun ini.
Luhut mengatakan, Indonesia akan menerima 30 juta dosis vaksin Covid-19 pada kuartal IV tahun ini. Namun, ia mendorong agar jumlahnya bisa mencapai 50 juta dosis dengan tambahan dari UEA.
"Saya nanti sore mau bicara sama Menteri Suhail (Menteri Energi dan Industri UEA Suhail Mohamed Al Mazrouei), mau minta tambahan 20 juta lagi masuk sini," katanya dalam Sarasehan 100 Ekonom secara daring yang digelar CNBC.
Sedangkan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, ada komitmen impor 30 juta dosis vaksin Covid-19 pada kuartal IV tahun ini. Dengan demikian, vaksinasi bisa mulai dilakukan pada awal tahun depan.
Airlangga yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),
menyatakan, Indonesia akan mendapat akses antara 250 - 300 juta dosis vaksin Covid-19 hingga tahun depan.
“Pemerintah sudah melakukan uji klinis vaksin bukan hanya di Indonesia tapi juga di Tiongkok, Brazil, Bangladesh, dan Turki. Ini diharapkan selesai pada Desember (2020),” ujarnya.
Ia menjelaskan target itu akan dicapai melalui 10 sumber yakni Sinovac, G-42/Wuhan Institute Biological Products/Sinopharm, Astra Zaneca, GAVI/CEPI, dan CanSino Biological Inc./Beijing Institute Technology. “Harga vaksin dari GAVI/CEPI diperkirakan akan lebih rendah sekitar US$ 3 – 5, sedangkan Sinovac antara US$ 10 - 20.”
Kemudian, ada juga kandidat vaksin dari BioNTech /Fosun Pharma/Pfizer, Modena/NIAID (National Institute of Allergy and Infrctious Diseases, Acturus Therapeutics/Duke-NUS, Genexine Korea, dan Vaksin Merah Putih.
“Pengembangan vaksin kita sendiri yaitu Vaksin Merah Putih ini diharapkan masuk dalam fase ketiga di pertengahan atau kuartal III 2021,” katanya.