MV Swift Rescue, Kapal Milik Singapura yang Ikut Mencari KRI Nanggala
Kapal selam KRI Nanggala-402 masih belum ditemukan. Kapasitas oksigen kapal diperkirakan telah habis karena hanya sanggup bertahan sampai pagi tadi alias 72 jam setelah setelah hilang kontak pada Rabu lalu.
Keberadaannya kemungkinan besar di perairan dekat Celukan Bawang, di wilayah utara Bali. Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Mayor Jenderal TNI Achmad Riad menyebutkan di sekitar daerah tersebut terdapat tumpahan minyak. "Selain itu, juga ada daya magnet yang besar,” katanya saat jumpa pers kemarin, Jumat (23/4).
TNI telah mengerahkan 21 KRI yang sebagian besar memiliki daya deteksi sonar untuk memetakan situasi di kedalaman dan dasar laut. Sebanyak empat kapal dan satu unit alat deteksi bawah laut atau remote operation vehicle (ROV) dari kepolisian.
Badan SAR Nasional (Basarnas) juga mengerahkan dua unit kapal dan satu ROV untuk membantu pencarian kapal selam yang mengangkut 53 penumpang itu.
Negara lain juga turut membantu, seperti Malaysia, Singapura, India, Australia, dan Amerika Serikat. Achmad menyebut lima personel Angkatan Bersenjata Singapura telah berada di atas KRI Suharso untuk membantu pencarian dan penyelamatan.
Singapura juga mengerahkan MV Swift Rescue. Dalam akun Facebook resminya, Menteri pertahanan Ng Eng Hen mengatakan kapal itu dikirim dengan cepat pada Rabu sore, beserta bantuan tim medis.
Spesifikasi MV Swift Recue milik AL Singapura
Kapal ini, melansir dari situs Naval-Technology.com, dibangun oleh ST Marine, anak usaha dari Singapore Technologies Engineering (ST Engineering).
MV Swift Rescure dilucurkan oleh Angkatan Laut Singapura pada November 2008. Kapal ini dilengkapi kemampuan operasi penyelamatan kapal selam atau submarine escape and rescue (SMER).
Panjangnya 85 meter dengan lebar 18,3 meter. Kedalaman dek utamanya mencapai 7,5 meter. Kapal ini memiliki tonase kotor 4.290 ton dan dapat mengangkut 27 awak.
Ruang transfer under pressure atau TUP-nya dapat menampung maksimal 40 anggota. Ini memberikan perawatan medis instan dan memungkinkan transfer pelaut yang diselamatkan dari kapal selam ke MV Swift Rescue.
Sistem remotely operated vehicle (ROV) di atasnya akan membantu kru menemukan dan melihat lokasi pasti kapal selamdan membersihkan puing-puing di sekitarnya.
Kapal itu juga memiliki dua perahu penyelamat tertutup untuk 50 orang. Fasilitas helipadnya dapat mendukung pengoperasian satu helikopter dengan bobot 12 ton. Helikopter dapat memindahkan pelaut dengan cepat dari laut ke darat untuk mendapatkan perawatan medis.
Untuk sumber energinya berasal dari dua mesin diesel, tiga generator diesel, dan generator darurat. MV Swift Rescue dapat berlayar dengan kecepatan maksimum 12 knot. Pengoperasiannya dapat terus-menerus tanpa perlu kembali ke dermaga dalam jangka waktu 28 hari.
Melansir dari Strait Times, MV Swift Recue pernah terlibat dalam misi pencarian jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH370 pada Maret 2014 dan Indonesia AirAsia QZ8501 pada Desember di tahun yang sama.