Potensi Perang Dingin AS versus Cina, Menlu Retno Tegaskan Peran ASEAN
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menekankan kembali peran penting ASEAN dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.
Dalam rangkaian kegiatan Sidang Umum PBB di New York, Retno menghadiri pertemuan Asia Society untuk membahas isu-isu terkini di regional. Salah satunya menyikapi Pakta AUKUS yang dibentuk oleh Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Ia menyampaikan negara-negara di Indo-Pasifik tidak menginginkan kemungkinan meningkatnya perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan yang akan mengancam stabilitas keamanan.
“Saya sampaikan kita menerima penjelasan Australia, kita mendengarkan komitmen-komitmen yang diberikan Australia termasuk untuk terus menghormati NPT [Treaty of Non-Proliferation Nuclear], prinsip-prinsip non-proliferasi dan hukum internasional,” ujarnya dalam keterangan Resmi, Rabu (22/9).
NPT yang ditandatangani pada 1 Juli 1968 mengacu pada pembatasan kepemilikan senjata nuklir melalui tiga komitmen; pelucutan senjata, non-proliferasi, dan penggunaan bahan nuklir untuk tujuan damai.
Retno juga menyitir pendapat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres yang menyebut ada kemungkinan terjadinya perang dingin antara Cina dan Amerika Serikat.
"Ini mungkin menjadi bencana. Ini akan jauh lebih sulit diprediksi daripada Perang Dingin sebelumnya," ujar Guterres pada pembukaan Sidang ke-76 Majelis Umum PBB.
Secara terpisah, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menegaskan Indonesia harus bersiap menghadapi tensi politik di regional yang kian memanas. Ia memprediksi Amerika Serikat akan mendekati negara-negara yang bertikai dengan Cina di Laut Cina Selatan. Filipina bahkan sudah terang-terangan mendukung kesepakatan AUKUS.
“AUKUS sebenarnya berpotensi melanggar prinsip non-proliferasi. Bayangkan saja Korea Utara dan Iran sampai diembargo,” ujarnya, Rabu (22/9).
Ia menegaskan Indonesia tidak bisa sendirian menghadapi persaingan antara kedua negara besar ini. “Kita tidak mau ada senjata nuklir di wilayah Indonesia dan Asean. Indonesia harus mengambil sikap,” tegas Hikmahanto.
Penyumbang Bahan: Mela Syaharani