Menlu Retno: 13.000 Senjata Nuklir Mengancam Keamanan Dunia

Rezza Aji Pratama
29 September 2021, 11:16
Aktivis Greenpeace menggelar aksi damai kreatif di depan gedung DPR, Jakarta, Jumat (13/3/2020). Aksi sebagai bagian dari Peringatan 9 Tahun Bencana Fukushima tersebut untuk mengingatkan masyarakat juga pemangku kepentingan akan bencana yang disebabkan ol
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/ama.
Aktivis Greenpeace menggelar aksi damai kreatif di depan gedung DPR, Jakarta, Jumat (13/3/2020). Aksi sebagai bagian dari Peringatan 9 Tahun Bencana Fukushima tersebut untuk mengingatkan masyarakat juga pemangku kepentingan akan bencana yang disebabkan oleh penggunaan energi nuklir dalam skala besar yang telah memberikan dampak negatif secara signifikan khususnya terhadap manusia dan lingkungan.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan keamanan dunia akan terus terancam selama 13.000 senjata nuklir belum dimusnahkan.

Retno menyampaikan hal tersebut dalam pertemuan High-level Plenary Meeting on the International Day for the Total Elimination of Nuclear Weapons di sela-sela sidang umum PBB ke-76 di New York. Retno menegaskan sebagai koordinator Gerakan Non-Blok, Indonesia menjadi proponen utama peringatan total eliminasi senjata nuklir.

“Upaya untuk mendorong isu nuclear disarmament ini bahkan sebenarnya sudah dilakukan sejak sebelum Covid-19. Dan kita berpandangan bahwa Covid-19 tidak boleh membiarkan masyarakat internasional kehilangan fokus pada isu yang amat penting ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (29/9).

Retno mengatakan hingga saat ini harapan dunia untuk terbebas dari ancaman nuklir masih elusif. Pasalnya, masih ada 13.000 lebih senjata nuklir yang dimiliki oleh sejumlah negara. Menurutnya, dunia tidak akan pernah merasa aman sampai seluruh senjata.

Dalam pertemuan itu, Menlu Retno menekankan soal penegakkan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan meminta seluruh negara menjalankan komitmennya terhadap traktat ini. Ia juga menekankan perlombaan senjata nuklir dan proyeksi kekuatan harus segera dihentikan.

Menurut Retno kekhawatiran terbesar terkait senjata nuklir adalah kemungkinan jatuh ke tangan aktor bukan negara seperti organisasi teroris maupun kelompok kriminal lainnya. Ini menurutnya harus menjadi landasan untuk mempercepat pelucutan senjata nuklir. Guna membebaskan dunia dari ancaman nuklir, arsitektur pelucutan harus diperkuat.

“Dunia tidak akan mendapatkan manfaat dari keberadaan senjata nuklir. Pemusnahan senjata nuklir adalah satu-satunya cara untuk melindungi penghuni dan masa depan bumi ini,” ujarnya.

Sebelumnya, Retno Marsudi menyerukan penggunaan nuklir untuk tujuan damai dalam pertemuan General Conference ke-65 International Atomic Energy Agency (IAEA) yang dilangsungkan secara virtual pada Senin (20/9). Retno menegaskan nuklir memang dapat menjadi senjata yang mengerikan. Saat ini perlombaan senjata nuklir masih terus terjadi sehingga dunia masih belum sepenuhnya terbebas dari ancaman senjata nuklir.

Kendati demikian, nuklir juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi umat manusia. Untuk itu, tiga aspek penting harus dipastikan, yaitu keselamatan, keamanan, dan perlindungan nuklir.

“Kita harus terus mendorong penggunaan nuklir untuk tujuan damai,” kata Menlu RI dalam pernyataannya, Selasa (21/9).

Salah satu aplikasi teknologi nuklir adalah untuk mengembangkan varietas padi yang unggul. Sejak 2013, Indonesia yang diwakili oleh Kelompok Peneliti Pemuliaan Tanaman Pangan (PAIR) bekerja sama dengan IAEA dan Food and Agriculture Organization (FAO) telah mengembangkan 23 varietas padi baru.

Kiprah Indonesia tersebut diapresiasi oleh dunia internasional sehingga mendapatkan penghargaan FAO/IAEA Outstanding Achievement Award sebanyak dua kali, yaitu di 2014 dan 2021. “Kami merasa terhormat memperoleh FAO/IAEA Outstanding Achievement Award. Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan terhadap dampak sosial ekonomi dari kolaborasi yang kami lakukan dan bukti kontribusi nuklir terhadap pembangunan berkelanjutan” kata Menlu.

Selain itu, teknologi nuklir juga dapat berperan dalam upaya mengatasi pandemi, yaitu untuk mendeteksi varian virus baru dan mencegah terjadinya pandemi di masa depan. Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung IAEA dalam meningkatkan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir negara-negara berkembang melalui kerja sama teknis yang inklusif, termasuk melalui Kerja Sama Selatan-Selatan.

“Mari kita lanjutkan kerja kolektif untuk ‘mempercepat dan memperluas kontribusi energi atom bagi perdamaian, kesehatan, dan kemakmuran’ sebagaimana yang tercantum dalam Piagam IAEA,” kata Menlu.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...