Australia Akan Buka 1.000 Lowongan Kerja untuk Pekerja Indonesia
Australia akan membuka 1.000 lowongan kerja bagi pekerja migran Indonesia dalam tiga tahun ke depan. Negeri Kangguru ini tengah menghadapi kondisi kekurangan tenaga kerja di sektor perkebunan yang krusial bagi perekonomian negara.
Upaya untuk mengirim pekerja Indonesia ini dilakukan melalui kerja sama antara House of Indonesia (HoI) Gateway Pty. Ltd dan PT Prima Duta Sejati (PDS) yang difasilitasi KJRI Sydney pada Senin (18/10). Penandatanganan ini turut dihadiri Duta Besar RI untuk Australia, Kristiarto Legowo, Konsul Jenderal RI Sydney, Vedi Kurnia Buana, Koordinator Fungsi Ekonomi KJRI Sydney, Trisari Dyah Paramita, serta perwakilan dari grup HoI dan PDS.
Kristiarto menjelaskan, perjanjian kerja sama ini merupakan tonggak penting dalam kerja sama di bidang ketenagakerjaan, khususnya ketika Australia membuka kembali perbatasannya. Perjanjian kerjasama ini, menurut dia, juga merupakan wujud nyata pemanfaatan Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA) yang patut diapresiasi.
“Saya harap ke depan dapat dikembangkan ke sektor-sektor lain dengan keahlian dan keterampilan yang lebih tinggi, seperti sektor kesehatan dan hospitality sehingga memberikan pemanfaatan yang lebih tinggi pada perekonomian Indonesia," ujar Kristiarto dalam siaran pers.
Direktur HoI Gateway Hendra Saputra, menjelaskan bahwa rencana kerja sama pengiriman PMI ke Australia beranjak dari keinginan untuk membantu menciptakan lapangan kerja bagi pekerja Indonesia dan memanfaatkan kekosongan pekerja di sektor perkebunan di Australia. Kerja sama ini juga akan memanfaatkan rencana dikeluarkannya visa sektor pertanian oleh pemerintah Australia.
Konjen RI Sydney menyambut baik kemitraan HOI dengan PDS yang dimotori oleh Maxixe Mantofa, sosok yang bepengalaman dalam pengiriman PMI di berbagai sektor ke sejumlah negara sejak tahun 1999.
Perjanjian kerja sama direncanakan untuk berlaku selama tiga tahun di mana tahap pertama akan dikirim sebanyak 100 PMI dengan proyeksi 1000 PMI selama tiga tahun.
Pemerintah Australia sebelumnya telah memutuskan untuk memperbolehkan pekerja migran terampil dan pelajar internasional untuk masuk ke Australia. Namun, wisatawan mancanegara (wisman) tetap tidak diizinkan masuk ke negara tersebut hingga tahun depan.
"Prioritas kami adalah pekerja migran terampil. Mereka sangat penting untuk negara ini, setelah itu mereka yang sudah divaksin lengkap serta pelajar internasional yang akan kembali karena studi mereka," ujar Perdana Menteri Australia Scott Morisson, seperti dikutip dari ChannelnewsAsia.
Tidak diizinkannya turis masuk ke Australia menjadi kabar negatif bagi Australian Tourist Export Council. Asosiasi perdagangan yang mewakili kepentingan industri pariwisata tersebut berharap turis internasional akan kembali ke negara tersebut paling telat Maret.
Sebelum pandemi, turis internasional menghasilkan pendapatan sekitar US$33 miliar per tahun kepada Australia.
Pandemi membuat kunjungan ke Australia sangat rendah, bahkan berada di titik terendah sejak Perang Dunia II. Pandemi juga berdampak besar terhadap universitas-universitas Australia yang menggantungkan sebagian besar pendapatannya dari pelajar internasional.
Universitas Australia mulai khawatir pelajar internasional akan mengalihkan studinya ke negara lain.
Menurut data Badan Statistik Australia, pelajar internasional menyumbang sekitar US$37,4 miliar kepada ekonomi Australia pada periode 2019-2020, jumlah tersebut turun dibandingkan pada tahun 2018-2019 yakni US$37,6 miliar.
Pada 2020, jumlah pelajar internasional yang menuntut ilmu untuk pendidikan tinggi di negara tersebut mencapai 418.168, turun 5.1% dibandingkan tahun 2019. Sementara itu, pada periode 2020-2021, ada sekitar 79.000 imigran terampil yang datang ke Australia. Jumlah itu turun jauh dibandingkan rata-rata selama kurun waktu 2013-2018 yakni 125 ribu.