Omicron Makin Menyebar di Amerika Serikat, Kasus di Inggris Naik 54%
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menyebut bahwa varian baru Covid-19 Omicron telah menyebar di 15 negara bagian AS.
Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky menyebut bahwa saat ini pihaknya terus menerus memantau perkembangan kasus baru yang diakibatkan varian Covid terbaru ini.
"Kami setiap hari mendengar tentang semakin banyak kasus yang mungkin terjadi sehingga jumlahnya kemungkinan akan meningkat," kata Walensky dikutip dari Reuters, Senin (6/12).
Adapun, 15 negara bagian yang telah melaporkan kasus Omicron yakni, California, Colorado, Connecticut, Hawaii, Maryland, Massachusetts, Minnesota, Missouri, Nebraska, New Jersey, New York, Pennsylvania, Utah, Washington dan Wisconsin.
Selain itu, Louisiana juga telah melaporkan kemungkinan kasus varian baru tersebut.
Sementara itu, di New Jersey, satu orang yang sebelumnya melakukan perjalanan ke Georgia juga dikonfirmasi terpapar varian Omicron.
Kendari Omicron sudah mulai menyebar luas, kekhawatiran terbesar di Amerika Serikat masih varian Delta.
Walensky mengatakan bahwa, varian Delta masih mendominasi sebagian besar kasus di Amerika Serikat.
Vaksin juga diyakini dapat mengurangi gejala parah dan menekan jumlah pasien rawat inap dan kematian, pejabat kesehatan berharap mereka juga dapat menumpulkan dampak Omicron dengan vaksinasi.
Dia mengatakan dari 90.000 hingga 100.000 kasus per hari, 99,9% di antaranya adalah varian Delta.
"Saat ini kami memiliki masalah di Amerika Serikat tentang Delta," katanya.
Sementara itu, banyak negara di dunia kembali mengalami lonjakan kasus Covid-19 akibat merebaknya varian Omicron.
Inggris melaporkan adanya tambahan 86 kasus Omicron pada Minggu (5/12). Dengan demikian, negara tersebut sudah melaporkan adanya total 246 kasus Omicron sampai kemarin.
Jumlah total tersebut naik 54% dibandingkan yang dilaporkan pada Sabtu (4/12) yakni 160.
Jumlah tambahan kasus Covid-19 juga mengalami peningkatan. Pada Minggi (5/12), Inggris melaporkan tambahan kasus sebanyak 43.992, naik dibandingkan 42.848 yang dilaporkan pada Sabtu.
Calon Menteri Transportasi Jerman, Volker Wissing, mengimbau masyarakat untuk tidak bepergian selama periode libur Natal dan Tahun Baru.
Para pemimpin federal dan negara bagian pada Kamis (2/12) mengumumkan pembatasan baru yang ketat yang sebagian besar menargetkan orang yang tidak divaksinasi.
Orang yang belum divaksinasi dilarang memasuki toko, restoran, tempat olahraga, dan budaya yang tidak penting. Dalam langkah jangka panjang, parlemen akan mempertimbangkan kewajiban vaksin.
“Dalam situasi saat ini, tampaknya lebih masuk akal untuk menghabiskan Natal dalam kelompok kecil di rumah dan tidak untuk merencanakan perjalanan besar ke seluruh negeri.” kata Wissing.
Dilansir dari Channel News Asia, setidaknya 68,9% orang Jerman telah divaksinasi dosis lengkap. Jumlah tersebut masih di bawah target pemerintah yang sebesar 75%.
Di sisi lain, unjuk rasa menolak pembatasan aktivitas di Brussels, Belgia pada Minggu (5/12) berujung rusuh.
Polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa yang melempari petugas dengan batu dan kembang api.
Sebelumnya, ribuan pengunjuk rasa berbaris damai melalui pusat ibukota Belgia ke lingkungan yang menjadi tuan rumah markas besar lembaga-lembaga Uni Eropa, di mana merupakan titik akhir lokasi demonstrasi.
Kemudian, di kawasan Uni Eropa sekelompok pengunjuk rasa yang mengenakan kerudung hitam dan meneriakkan 'liberte' (kebebasan) mulai melemparkan batu ke arah polisi, yang bereaksi dengan gas air mata dan meriam air.