Saham Jadi Pilihan Lindung Nilai Investor Global Hadapi Inflasi Tinggi
Para investor menganggap sebagian besar bank sentral di pasar negara maju belum mengambil tindakan yang cukup untuk mengurangi dampak inflasi. Investor menganggap investasi di pasar saham menjadi lindung nilai terbaik terhadap kenaikan harga.
Mengutip Bloomberg, kesimpulan tersebut termuat dalam hasil survei mingguan yang Market Live terhadap 886 investor. Mereka menilai hampir seluruh bank sentral negara maju belum cukup merespons lonjakan inflasi. The Federal Reserve misalnya, hingga kini masih membeli obligasi dan baru menaikkan suku bunga untuk pertama kalınya pada pekan lalu meski inflasi utama AS telah melonjak jauh di atas 2% selama satu tahun terakhir.
Sebanyak 21% responden mengatakan, hanya beberapa bank sentral berada di belakang kurva. Selandia Baru dan Norwegia telah lama menaikkan suku bunga tanpa keributan.
Di Inggris, tolok ukur Bank of England sekarang seperti sebelum pandemi dimulai. Namun, BOE terus menegaskan bahwa kenaikan infalsi kemungkinan sementara meski angkanya sudan mencapai 8%. Hal ini menyebabkan ekspektasi inflasi meningkat lebih lanjut dan memaksa investor untuk mencari lindung nilai yang efektif jika mungkin gagal mencegah kenaikan harga.
Berbicara tentang lindung nilai, 35% responden menilai saham adalah pilihan utama untuk melindungi portofolio terhadap efek korosif dari kenaikan harga. Selain saham, investor menilai, emas dan obligasi menjadi lindung nilai atas inflasi.
Preferensi untuk nilai saham mungkin berasal dari kemampuan, diduga perusahaan untuk menaikkan biaya kepada pelanggan. Meski obligasi terkait inflasi juga memberikan lindung nilai yang efektif, saham menjadi pilihan karena tidak memaksa investor untuk memilih tenor.
Namun, preferensi lindung nilai inflasi berbeda-beda di setiap wilayah. Investor Eropa cenderung tidak memilih saham daripada rekan-rekan mereka di AS. Sekitar 24% responden Eropa menyebut saham sebagai lindung nilai terbaik, dibandingkan dengan 39% responden AS dan Kanada.
Orang Eropa lebih cenderung memilih emas dan minyak dibandingkan dengan rekan-rekan investor AS sebagai lindung nilai. Salah satu alasan mengapa nilai saham mungkin lebih disukai di Amerika Utara adalah persentase yang lebih tinggi dari investor ritel di sana yang berpartisipasi dalam survei.
Hanya 4% responden mengatakan Bitcoin menawarkan lindung nilai inflasi terbaik, peringkat terakhir di bidang yang mencakup nilai saham, emas, obligasi terkait inflasi, minyak, dan aset lain yang tidak ditentukan. Mereka yang memilih cryptocurrency terbesar terbagi rata antara profesional pasar dan investor individu.
Hasil survei ini melemahkan gagasan bahwa Bitcoin dianggap sebagai lindung nilai inflasi.
Survei tersebut juga menunjukkan, investor melihat perang Rusia dan Ukraina sebagai risiko terbesar terhadap harga aset. Perlambatan di Cina, inflasi, dan resesi juga menjadi kekhawatiran terbesar investor lainnya.
Survei mingguan tim Markets Live berlangsung dari 15 Maret hingga 18 Maret, dipromosikan melalui blog Markets Live, berita Bloomberg, dan buletin Five Things.