Slovakia dan Hungaria Enggan Dukung Uni Eropa Beri Sanksi ke Rusia
Pemerintah Slovakia dan Hungaria tak akan mendukung langkah Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina sejak 24 Februari lalu. Slovakia dan Hungaria beralasan mereka sangat tergantung pada pasokan energi, terutama minyak bumi, dari Rusia dan kesulitan mendapatkan alternatif penggantinya.
Menteri Ekonomi Slovakia, Richard Sulik, mengatakan Slovnaft, satu-satunya perusahaan penyulingan minyak di negaranya, tak bisa langsung mengganti minyak mentah Rusia ke jenis yang lain. Sulik menambahkan, akan perlu waktu beberapa tahun untuk mengganti teknologi yang dipakai.
Nyaris seluruh kebutuhan energi Slovakia tergantung pada pasokan minyak Rusia lewat jaringan pipa Druzhba yang dibangun di era Uni Soviet. "Karena itulah, kami bersikeras mendapatkan pengecualian," katanya seperti dilaporkan Associated Press, Selasa (3/5).
Uni Eropa tengah membahas rencana sanksi baru untuk Rusia dengan menyetop impor energi dari negara itu. Sebelumnya, Uni Eropa telah menjatuhkan sejumlah sanksi ekonomi terhadap sekitar seribu individu Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri, Sergey Lavrov, serta 80 entitas Rusia. Aset-aset mereka dibekukan dan jaringan sebagian besar bank Rusia di Eropa dimatikan.
Meski sepakat mengecam keras invasi Rusia, Uni Eropa masih terbelah untuk urusan menjatuhkan sanksi embargo energi. Uni Eropa adalah konsumen terbesar Minyak Rusia dengan volume impor mencapai 138 juta ton atau 53 persen dari total ekspor minyak Rusia pada 2020.
Selama ini, kebutuhan energi 27 anggota Uni Eropa, sangat ditentukan oleh pasokan minyak dan gas dari Rusia. Uni Eropa membayar pasokan gas Rusia sekitar US$ 450 juta per hari. Ada pun Rusia mendapatkan US$ 400 juta per hari untuk gas alam yang dikirim ke Uni Eropa. Laporan Eurostat menunjukkan hampir separuh pasokan gas Eropa pada semester pertama 2021 datang dari Rusia.
Hungaria juga menghadapi dilema ketergantungan energi dari Rusia. Menteri Luar Negeri Hungaria, Peter Szijjarto, mengatakan negaranya tak akan memilih sanksi apa pun yang bisa membuat urusan pengiriman gas alam dan minyak bumi dari Rusia tak terwujud.
Menurut Szzijarto, tak boleh ada hal yang bisa membahayakan suplai energi ke Hungaria. "Kami tak ingin warga Hungaria ikut membayar dampak perang (di Ukraina)," kata Szzijarto." Mustahil Hungaria dan ekonomi negeri ini berfungsi tanpa minyak Rusia."
Sebelumnya, Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, bertekad menghancurkan "mesin perang Rusia" dengan membujuk negara-negara di benua itu tidak lagi membeli pasokan energi dari Rusia. Uni Eropa berencana mengganti pemasok gas bumi dari negara lain, seperti Aljazair, Qatar, dan Amerika Serikat.
Jerman, yang merupakan pelanggan energi terbesar Rusia, sudah menyatakan siap mendukung sanksi Uni Eropa. Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, telah mengutarakan hal tersebut pada pertemuan Komisi Eropa pada Senin (2/5). "Kami berhasil mencapai situasi di mana Jerman mampu menanggung embargo minyak," katanya seperti dilaporkan Reuters.
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, juga memberikan pernyataan tegas soal urusan sanksi energi ini. Padahal, Kanselir Scholz sebelumnya memilih berhati-hati merespon invasi Rusia ke Ukraina. Menurut dia, Jerman tidak akan mencabut sanksi sampai Rusia mencapai kesepakatan damia dengan Ukraina. "Dia tidak akan mendapatkannya dengan mendikte perdamaian," kata Scholz.