INA Bukukan Nilai Tertinggi Investasi SWF Global pada April 2022
Indonesia Investment Authority (INA) tercatat membukukan nilai transaksi tertinggi di antara sovereign wealth fund (SWF) pada April 2022 menurut laporan Global SWF.
Mengutip Institutional Investor, Senin (2/5), laporan Global SWF melacak aktivitas investasi lebih dari 400 SWF di seluruh dunia, termasuk 169 dana kekayaan negara dengan aset kelolaan US$ 11 triliun dan 278 program pensiun publik yang memiliki aset US$ 22 triliun.
Bulan lalu, SWF di seluruh dunia tercatat membukukan investasi sebesar US$ 11,8 miliar atau Rp 171,31 triliun (kurs Rp 14.518 per dolar AS) dalam 51 kesepakatan. Jumlah ini turun dari US$ 27,1 miliar dan 68 kesepakatan yang dibukukan pada Maret 2022.
Dari total investasi SWF di seluruh dunia yang senilai US$ 11,8 miliar, INA menempari urutan teratas dengan besaran investasi US$ 2,7 miliar atau sekitar Rp 39,19 triliun, dalam infrastruktur domestik. Disusul oleh GIC Singapura yang menginvestasikan US$ 2,4 miliar dalam tujuh kesepakatan. Posisi berikutnya diduduki oleh Canada Pension Plan, Abu Dhabi Developmental Holding, dan Emirates Investment Authority .
Seperti diketahui, bulan lalu INA menjalin kerja sama investasi percepatan pembangunan dan pengembangan jalan tol dengan PT Hutama Karya (HK) dan PT Waskita Karya Tbk. Setidaknya akan ada lima ruas tol yang masuk dalam perjanjian tersebut.
Secara perinci, INA dan HK menandatangani Perjanjian Induk atau Heads of Agreement (HoA) untuk rencana investasi pada ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung, dan Tol Medan-Binjai.
Tol Bakauheni-Terbanggi Besar telah beroperasi penuh pada awal 2018. Sementara Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung telah beroperasi pada November 2019. Tol Medan-Bijai telah beroperasi sebagian pada 2017 dan rampung pada 2021.
Terkait dengan performa investasi SWF di seluruh dunia yang secara umum turun dibandingkan Maret 2022, laporan Global SWF menyebutkan bahwa ini disebabkan karena selera investor yang sedikit turun.
Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan State Street dan International Forum of Sovereign Wealth Funds, yang menyatakan bahwa investor lebih memilih masuk aset berisiko rendah dalam beberapa bulan terakhir. Langkah ini merupakan tanggapan investor global atas perang Ukraina dan ketidakpastian makroekonomi yang meningkat, termasuk pengaruh inflasi pada portofolio.
Investor juga disebutkan memilih keluar dari pasar negara berkembang, dan beralih ke sektor defensif. Selain itu, para investor global juga memilih mengurangi eksposur valuta asing ke negara-negara yang rentan terhadap konflik internasional.