PBNU: Transformasi Pola Pikir Agar Agama Tidak Jadi Senjata Politik
Liga Muslim Dunia atau Rabithah ‘Alam Islami, menyelenggarakan Forum on Common Values among Religious Followers atau Forum Nilai-Nilai Bersama di antara Pengikut Beragama.
Forum ini digelar sejalan dengan tujuan Liga Muslim Dunia untuk mengkonsolidasikan peran globalnya sebagai organisasi non-pemerintah internasional independen, yang bekerja untuk meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai Islam.
Pertemuan yang digelar di Riyadh, Arab Saudi, turut dihadiri banyak pemimpin agama dan cendekiawan muslim, termasuk tamu yang mewakili agama lain.
Salah satu undangan pada forum ini adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, yang hadir sebagai salah seorang pembicara utama.
Pria yang akrab disapa Gus Yahya ini pun menyampaikan apresiasinya kepada Sekjen Rabithah ‘Alam Islami, Muhammad bin Abdul Karim Al Issa, karena telah mengundangnya untuk menghadiri forum global tersebut.
“Tahun lalu saya berpidato dalam International Religious Freedom Summit di Washington, DC, membicarakan pentingnya mengidentifikasi nilai-nilai yang sudah kita pegangi bersama sebagai landasan dialog dan kerja sama antar agama. Dan hari ini kita berkumpul untuk keperluan itu,” kata Ketua Umum PBNU dalam pidatonya, Kamis (12/5).
Ke depannya, menurut Gus Yahya, perlu menyiapkan langkah lanjutan dari upaya tersebut dengan membangun strategi bersama untuk mentransformasikan pola pikir umat beragama.
Sebab menurutnya, masih banyak kalangan umat beragama yang memandang hubungan antar agama sebagai kompetisi politik, sehingga agama diperalat sebagai senjata politik untuk memperebutkan kekuasaan.
"Pola pikir ini harus diubah karena akan merusak harmoni sosial di antara kelompok agama yang berbeda-beda dan memustahilkan kelompok-kelompok yang berbeda itu hidup berdampingan secara damai,” jelasnya.
Dalam pidato pembukaannya, Sekjen Rabithah ‘Alam Islami menegaskan bahwa tujuan forum itu adalah untuk membangun bersama visi berkeadaban untuk mengkonsolidasikan nilai-nilai moderasi dalam masyarakat, menangkal ancaman pemikiran ekstrim antar kelompok serta mengubah konflik yang tercipta di antara berbagai agama serta beragam lingkungan budaya, agar memiliki kesepahaman, kerja sama dan solidaritas.
Seusai acara, Sekjen Rabithah ‘Alam Islami mengundang Ketua Umum PBNU untuk melakukan pertemuan pribadi.
Forum on Common Values among Religious Followers ini dihadiri lebih dari 150 pemimpin berbagai agama dari seluruh dunia. Selain Ketua Umum PBNU, hadir pula Hidayat Nurwahid dari Indonesia.
Simak juga data mengenai persentase populasi muslim di dunia:
Menurut Wakil Sekjen Komunikasi Korporat Liga Muslim Dunia, Abdulwahab Al-Shehri, pendirian forum ini didasarkan pada ajaran Islam yang menyerukan dialog dan kerja sama. Dalam konteks itu, di bawah naungan PBB mendirikan sistem internasional yang terdiri dari organisasi, kelompok, dan program global di mana semua orang dapat berkumpul.
Sementara di sisi lain, “Ekstremisme dan kontra-ekstremisme mencoba mendistorsi nilai-nilai Islam tersebut,” jelasnya seperti dikutip Arabnews.com.
“Hari ini kita menyaksikan upaya tersebut terus berjalan, dari satu tempat menuju tempat lainnya, yang sayangnya menghasilkan konsep, teori dan slogan Islamofobia,” ujarnya menambahkan.
Menurutnya Islam secara positif selalu terbuka bagi para pengikut agama, untuk mengklarifikasi pesannya, menyerukan kebaikan umat manusia, dan mengatasi setiap konsep, metode, atau praktik yang keliru, serta eksistensi bersama semua orang dalam damai.
Para peserta dalam forum tersebut termasuk pemimpin agama yang sepenuhnya independen dari orientasi apa pun di luar kerangka agama. Al-Shehri pun menekankan bahwa Liga Muslim Dunia tidak memiliki tujuan ideologis atau politik dan bahwa pertemuan seperti forum harus bebas dari tujuan apa pun.