Bertemu Putin, Erdogan Sepakat Turki Bayar Gas Rusia dalam Rubel
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk meningkatkan kerja sama setelah pertemuan empat jam pada Jumat (5/8), salah satunya terkait pembayaran gas Rusia dengan rubel.
Pada kesepakatan lainnya, kedua negara akan meningkatkan kerja sama dalam industri transportasi, pertanian, keuangan, dan konstruksi, serta membentuk aliansi dalam melawan organisasi teroris di Suriah.
Dalam pernyataan bersama, Putin dan Erdogan menekankan perlunya “implementasi penuh dari perjanjian Istanbul, termasuk ekspor gandum, pupuk, dan bahan mentah Rusia tanpa hambatan untuk produksi mereka.”
“Di bawah perjanjian baru Turki telah setuju untuk membayar Rusia sebagian dalam rubel,” kata Perdana Menteri Rusia Alexander Novak usai pertemuan, seperti dikutip dari Reuters pada Sabtu (6/8).
Bulan lalu Putin mengumumkan bahwa negara-negara yang tidak bersahabat akan diminta untuk membayar energi Rusia melalui rekening rubel untuk melindungi Rusia dari efek sanksi Barat.
Sementara Rusia tidak akan menganggap Turki sebagai negara yang tidak ramah, pembayaran Turki dalam rubel untuk gas alam Rusia akan melindungi pembayaran tersebut dari sanksi, dan dapat menyelesaikan masalah dengan Moskow, yang mungkin tidak menyukai aktivitas Turki di Suriah.
Bulan lalu, Turki juga membantu menengahi kesepakatan pengiriman biji-bijian, termasuk gandum, antara Rusia dan Ukraina, yang semakin memperkuat hubungan antara Rusia dan Turki.
Turki menentang Kurdistan Workers’ Party (PKK) dan afiliasinya, YPG, yang telah lama dianggap oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa sebagai kelompok teroris yang telah melakukan pemberontakan selama beberapa dekade melawan pemerintah Turki untuk mendukung minoritas Kurdi di Turki.
Pemerintah Turki telah melakukan beberapa operasi di Suriah utara sejak 2016, merebut ratusan kilometer tanah dan menargetkan milisi YPG Kurdi, meskipun ada tentangan dari Moskow. Rusia memiliki hubungan kuat dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang menguasai sebagian besar wilayah udara di Suriah utara.
Erdogan, menghadapi pemilihan tahun depan, berada dalam situasi yang rumit, dengan Turki mengalami inflasi tahunan yang meroket hampir 80%. Krisis ekonomi ini tidak diragukan lagi akan meningkat tanpa pasokan gas Rusia, sebab Turki mengimpor hampir setengah dari gas yang digunakannya dari Rusia.