Ulama Syiah Irak Mundur, 24 orang Meninggal dalam Kerusuhan
Kerusuhan terjadi di ibu kota Irak, Baghdad, sejak Senin (29/8) yang berlanjut hingga hari ini. Sekitar 24 orang dikabarkan tewas dalam kerusuhan tersebut.
Kerusuhan bermula sejak ulama Syiah berpengaruh Muqtada al-Sadr mengundurkan diri dari pemerintahan. Bentrokan pun terjadi antara pasukan keamanan pro-Iran dan pendukung bersenjata al-Sadr. New York Times menyebut kerusuhan ini menandai Irak memasuki babak baru kekacauan yang dipicu oleh kegagalan berbulan-bulan membentuk pemerintahan.
Setelah Sadr menyatakan bahwa dia berhenti dari politik Irak untuk selamanya, para pengikutnya turun ke jalan-jalan di Baghdad untuk memprotes, menyerbu gedung-gedung pemerintah. Pasukan keamanan Irak menembaki mereka dan anggota bersenjata milisi Sadr bergabung dengan demonstran untuk saling tembak dengan pasukan keamanan.
Pada hari Senin, para pejabat mengatakan setidaknya 12 orang telah tewas. Namun pertempuran berlanjut semalam dan pada Selasa (30/8) seorang pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan setidaknya 24 orang telah tewas dan lebih dari 190 terluka sejak pendukung Sadr memasuki Zona Hijau yang dijaga ketat yakni, rumah bagi kantor-kantor pemerintah Irak, PBB dan kantor diplomatik termasuk kedutaan besar.
Bentrokan ini mengkhawatirkan kembalinya fase kekerasan di Irak. Setelah invasi AS ke Irak pada 2003, perang saudara pecah dan kemudian pertempuran terjadi bertahun-tahun untuk mengusir kelompok teroris ISIS yang mengambil alih sebagian besar negara itu.
New York Times menyatakan gejolak politik dan protes jalanan terjadi di Irak, pertempuran ini dapat menandai fase yang lebih berbahaya dan tidak stabil, yang dipicu oleh kelumpuhan politik, perpecahan di antara kaum Syiah, dan pelanggaran lembaga-lembaga negara.
Merespons kerusuhan ini, Iran menutup perbatasannya dengan Irak dan mengatakan kepada warga Iran bahwa mereka akan berusaha membawa mereka pulang dengan selamat.
Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan Senin bahwa Amerika Serikat sedang memantau bentrokan tetapi tidak ada indikasi saat ini bahwa kedutaan perlu dievakuasi.