Hanya Hongaria Negara Eropa yang Masih Terima Pasokan Gas dari Rusia
Tiga dari empat jalur pengiriman gas dari Rusia ke Eropa berstatus offline atau tidak operasional. Hanya satu jalur yang tersisa yakni Turk Stream yang berakhir di Hongaria dengan kapasitas 31,5 miliar kubik meter (bcm).
Perselisihan antara Uni Eropa (UE) dan Rusia di sektor energi terus meruncing. Rusia telah menghentikan pengiriman gas ke Eropa melalui dua pipa gas utama, yakni Nord Stream 1 yang berkapasitas 55 miliar kubik meter (bcm) dan pipa Yamal Europe berkapasitas 33 bcm.
Pengiriman melalui Nord Stream 1 dihentikan oleh pihak Rusia sekitar satu bulan lalu, sedangkan melalui Yamal Europe sekitar bulan Mei 2022. Ada juga pipa Nord Stream 2 dengan kapasitas yang sama dengan Nord Stream 1, yakni 55 bcm, tak sempat beroperasi sejak dibekukan oleh Jerman beberapa hari sebelum Rusia menginvasi Ukraina.
Dengan demikian, satu-satunya jalur pengiriman gas yang masih beroperasi yaitu pipa Turk Stream yang melalui Laut Hitam dan wilayah Balkan dengan kapasitas 31,5 bcm. Pipa ini berakhir di Hongaria yang menjadikannya satu-satunya negara UE yang masih menerima pasokan gas alam Rusia.
Karena Rusia memperoleh pendapatan besar dari melonjaknya harga gas, ditambah dengan pengurangan besar-besaran dalam perdagangan lain dengan Eropa, Rusia dilaporkan tidak berniat untuk menutup pipa-pipa ini sepenuhnya.
Meskipun Hungaria masih menerima gas, harganya terkait dengan harga pasar, sehingga negara ini sangat menentang sanksi lebih lanjut terhadap Rusia karena akan semakin melambungkan harga gas. Simak databoks berikut:
Sebelumnya Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán mengumumkan konsultasi nasional mengenai sanksi Uni Eropa terhadap Rusia, dengan menanyakan warga apakah mereka mendukung sanksi atau tidak.
Pemerintah Hungaria secara vokal menentang banyak sanksi yang dijatuhkan pada Rusia dengan alasan mereka lebih merugikan orang Eropa daripada merugikan orang Rusia.
Orbán juga menyerukan diakhirinya sanksi Rusia pada akhir tahun untuk menghentikan inflasi, mengurangi separuh harga pangan, dan mengendalikan biaya energi yang melonjak.
Sebelumnya, UE sempat mengusulkan proposal pembatasan harga gas Rusia. “Kami akan mengusulkan batas harga untuk gas Rusia. Kami harus memotong pendapatan Rusia yang digunakan Putin untuk membiayai perang mengerikan di Ukraina ini,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Kamis (8/9).
Hal ini ditanggapi dingin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengancam akan memutus semua pasokan energi ke kawasan tersebut jika pembatasan harga diterapkan. Jika itu terjadi maka dapat semakin meningkatkan harga gas Eropa yang sudah setinggi langit.
Ini akan menambah beban yang harus dibayarkan pemerintah negara-negara UE untuk mencegah kebangkrutan perusahaan penyedia energi mereka dan menjaga agar warganya tetap hangat di musim dingin.
Hongaria, yang masih menerima pasokan gas dari Rusia, mengatakan mereka tidak mau mengambil risiko kehilangan pasokan itu dengan menetapkan batasan harga. “Jika pembatasan harga diberlakukan secara eksklusif pada gas Rusia, itu jelas akan menyebabkan penghentian segera pasokan gas Rusia,” kata Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto.
Tidak hanya Hongaria, Italia dan Belanda juga menyatakan keraguannya rencana ini dapat berhasil tanpa melukai Eropa lebih dalam lagi. “Saya tidak akan mengatakan ada dukungan untuk batasan (harga gas) Rusia,” kata Sekretaris Negara Belanda untuk Industri Ekstraktif Hans Vijlbrief.