Indonesia Disebut Negara dengan Biaya Hidup Termurah, Benarkah?
Indonesia disebut-sebut sebagai negara yang memiliki biaya hidup paling murah di dunia. Hal ini disampaikan situs USS Feed menyitir laporan Wealthygorilla.com pada Agustus lalu.
Menurut situs tersebut, hidup di Indonesia cukup dengan US$ 340 atau sekitar Rp 5 juta per bulan dengan kurs Rp 15.500 per dolar. Namun, parameter ini mengacu kepada biaya hidup di Sengigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Di mana pelancong dapat menikmati kamar dengan UD$142 (Rp 2,2 juta) sebulan, atau US$12 (Rp 186 ribu) per malam untuk hotel.
Sementara untuk kota-kota besar taraf hidupnya masih relatif sama dengan beberapa kota besar di negara-negara lain.
Selain Indonesia, situs ini juga mencantumkan negara yang memiliki biaya hidup termurah lainnya, dengan kawasan Asia Tenggara mendominasi daftar:
- Indonesia: US$ 340 per bulan
- Bolivia: US$ 431 per bulan
- Nepal: US$ 450 per bulan
- Vietnam: US$ 500 per bulan
- Argentina: US$ 542 per bulan
- Peru: US$ 543 per bulan
- Meksiko: US$587 per bulan
- Malaysia: US$ 588 per bulan
- Thailand: US$ 679 per bulan
- Kamboja: US$ 812 per bulan
Bagi warga Indonesia, biaya tersebut mungkin relatif mahal. Apalagi jika membandingkannya dengan penghasilan berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP). Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata UMP di Indonesia adalah Rp 2,72 juta.
Artinya, penghasilan di beberapa daerah masih setengah dari jumlah tersebut, seperti Jawa Tengah (Rp 1,81 juta), DI Yogyakarta (Rp 1,84 juta), bahkan untuk warga NTB (Rp 2,2 juta).
Tetapi biaya ini termasuk murah bagi warga asing atau ekspatriat yang ingin berwisata atau tinggal di Indonesia untuk waktu lama.
Sebagai perbandingan, menyitir laporan worlddata.info, indeks biaya hidup di Indonesia berada pada skor 35,4 dengan rata-rata penghasilan per bulan di kisaran US$ 345 (Rp 5,3 juta).
Indeks ini menetapkan biaya hidup di Amerika Serikat (AS) sebagai patokan, sehingga dengan skor indeks tersebut, biaya hidup di Indonesia lebih murah sekitar 64,6% dari di AS.
Situs ini menghitung indeks biaya hidup berdasarkan data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF), dan Eurostat.
Sementara itu, menurut survei perusahaan konsultan SDM, Mercer, yang dikutip Forbes pada Juni lalu, Jakarta berada pada urutan 151 kota dengan biaya hidup termahal. Biaya hidup di Jakarta lebih mahal dari Rio De Janeiro - Brasil, Ankara - Turki, atau Kuala Lumpur - Malaysia.
Untuk menyusun data ini, Mercer membandingkan harga 200 item kebutuhan rumah tangga, seperti perumahan, makanan, dan barang-barang rumah tangga di lebih dari 400 kota. Survei ini bertujuan membantu pengusaha dalam merancang paket kompensasi akibat pandemi Covid-19.