Masalah Baru Credit Suisse, Bank Sentral Swiss Janjikan Likuiditas
Regulator Swiss menjanjikan bantuan likuiditas kepada Credit Suisse setelah saham bank tersebut anjlok hingga 30% pada Rabu (15/3). Langkah ini diambil untuk meredakan kekhawatiran investor.
Mengutip CNBC, Regulator keuangan Swiss atau FINMA dan bank sentral Swiss dalam pernyataan bersama menyebut bank tersebut saat ini masih memenuhi syarat permodalan dan likuiditas yang penting untuk dipenuhi oleh bank berdampak sistemik.
Sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan, pernyataan dari kedua regulator tersebut muncul setelah muncul tekanan dari pemerintah dalam salah satu bank. Perbankan kini terjebat dalam krisis kepercayaan setelah kejatuhan Silicon Valley Bank pekan lalu. Credit Suisse menyambut baik pernyataan dukungan dari bank sentral dan regulator keuangan.
Adapun Credit Suisse akan menjadi bank global besar pertama yang diberikan bantuan seperti itu sejak krisis keuangan 2008, meskipun bank sentral telah memperluas likuiditas secara lebih umum ke bank selama masa tekanan pasar termasuk pandemi virus corona.
Kejatuhan Silicon Valley Bank diikuti oleh Signature Bank dua hari kemudian, membuat saham bank global naik turun pekan ini. Investor mengabaikan jaminan dari Presiden AS Joe Biden dan langkah darurat yang memberi bank akses ke lebih banyak pendanaan.
Fokus investor pada perdagangan kemarin (15/3) telah bergeser dari Amerika Serikat ke Eropa. Credit Suisse memimpin penurunan besar saham bank setelah investor terbesarnya mengatakan tidak dapat memberikan lebih banyak bantuan keuangan karena kendala peraturan.
FINMA dan bank sentral Swiss berusaha meredam kekhawatiran pasar dengan mengatakan tidak ada indikasi risiko langsung penularan bagi institusi Swiss dari gejolak pasar perbankan AS.
Setelah pengumuman kejatuhan SVB, saham Credit Suisse pada hari pertama pekan ini memimpin penurunan 7% dalam indeks perbankan Eropa (.SX7P), sementara credit default swaps (CDS) lima tahun untuk bank unggulan Swiss itu mencapai rekor tertinggi baru.
Pernyataan investor Credit Suisse memicu kekhawatiran akan ancaman yang lebih luas terhadap sistem keuangan. Dua sumber pengawas mengatakan kepada Reuters bahwa Bank Sentral Eropa telah menghubungi bank-bank dalam pengawasannya untuk menanyai mereka tentang eksposur mereka ke Credit Suisse. Namun, salah satu sumber mengatakan bahwa mereka melihat masalah Credit Suisse spesifik untuk bank itu, bukan sistemik.
"SVB adalah masalah khusus perusahaan dan AS, tetapi sekarang pasar telah bangkit kembali dengan risiko bank global, yakni dari suku bunga/durasi hingga risiko likuiditas dan kredit dan bank-bank Eropa diliputi oleh krisis kepercayaan," kata Davide Oneglia, ekonom senior di TS Lombard.
Juru Bicara Departemen Keuangan AS mengatakan, pihaknya sedang memantau situasi di sekitar Credit Suisse dan berhubungan dengan mitra global.
Di Wall Street, indeks utama ditutup turun pada hari Rabu (15/3)> bank-bank besar AS termasuk JPMorgan Chase & Co (JPM.N), Citigroup (C.N) dan Bank of America Corp (BAC.N) jatuh. Indeks perbankan regional KBW (.KRX) turun 1,57%.
Tiga sumber Reuters di industri perbankan AS mengatakan, bank-bank besar AS telah mengelola eksposur mereka terhadap Credit Suisse dalam beberapa bulan terakhir dan melihat risiko yang berasal dari pemberi pinjaman tersebut sejauh ini dapat dikelola, menurut tiga sumber industri yang menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas situasi.
Kenaikan suku bunga yang cepat telah mempersulit beberapa bisnis untuk membayar kembali atau memberikan pinjaman, meningkatkan kemungkinan kerugian bagi pemberi pinjaman yang juga khawatir akan resesi.
Para investor kini bertaruh bahwa Federal Reserve, yang minggu lalu diperkirakan akan mempercepat kenaikan suku bunganya dalam menghadapi inflasi yang terus-menerus, kemungkinan terpaksa berhenti sejenak menaikkan bunga atai bahkan berbalik arah.
Kontrak berjangka yang terkait dengan suku bunga kebijakan Fed memperkirakan peluang yang sedikit lebih baik daripada peluang bahwa pembuat kebijakan akan mempertahankan suku bunga pinjaman acuan mereka di kisaran 4,5%-4,75% saat ini pada pertemuan mendatang mereka pada 21-22 Maret.