Rusia Dikecam Karena Kembali Blokade Ukraina Ekspor Gandum dan Bijian

Yuliawati
Oleh Yuliawati
19 Juli 2023, 11:47
Kebun bunga matahari di sebuah lapangan di daerah Chernihiv di Ukraina, Senin (8/8/2022).
ANTARA FOTO/REUTERS/Valentyn Ogirenko/rwa/cf
Kebun bunga matahari di sebuah lapangan di daerah Chernihiv di Ukraina, Senin (8/8/2022).

Rusia mendapat kecaman dunia setelah membatalkan sepihak kesepakatan yang memberikan akses bagi Ukraina untuk mengekspor biji-bijian termasuk gandum melalui Laut Hitam. Langkah Rusia dianggap membahayakan keamanan pangan global.

"Ini adalah langkah yang tidak bertanggung jawab. Rusia juga melakukannya sambil meningkatkan ekspornya sendiri ke pasar global," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba kepada wartawan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (18/7).

Kuleba menyebut keputusan Rusia itu menyebabkan banyak negara di Asia dan Afrika menghadapi risiko kenaikan harga pangan serta kelaparan.

Di hadapan Dewan Keamanan PBB, Kuleba meminta semua negara anggota PBB menuntut agar Rusia melanjutkan kesepakatan dan berhenti menggunakan pangan sebagai senjata. "Rusia harus menjauhkan politik dari keamanan pangan global," ujar Kuleba.

Kesepakatan biji-bijian penting karena Ukraina adalah salah satu pengekspor bunga matahari, jagung, gandum, dan jelai terbesar di dunia.

Kepala Urusan Politik PBB Rosemary DiCarlo menyerukan diakhirinya perang "tidak masuk akal" dan "tidak dapat dibenarkan" di Ukraina, yang menewaskan lebih dari 9.000 warga sipil dan menyebabkan lebih dari 16.000 orang terluka sejak dimulai pada 24 Februari 2022.

"Selain menyebabkan kematian dan kehancuran yang tidak wajar, perang di Ukraina telah sangat mengurangi kemampuan kita untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti," kata DiCarlo kepada Dewan Keamanan.

"Perang ini telah meningkatkan ketegangan di berbagai wilayah, dan berisiko memicu perlombaan senjata global. Semakin lama perang ini berlanjut, semakin berbahaya konsekuensinya, termasuk kemungkinan konflik yang lebih luas," tutur dia, memperingatkan.

Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly, yang negaranya saat ini memegang jabatan presiden bergilir Dewan Keamanan PBB, juga meminta Rusia untuk mengakhiri perang.

"Ukraina menginginkan perdamaian. Kami menginginkan perdamaian. Seluruh dunia menginginkan perdamaian," kata dia.

"Perdamaian akan membawa pulang anak-anak Ukraina yang hilang dan memberi makan dunia yang kelaparan. Federasi Rusia dapat memilih perdamaian hari ini dengan menarik semua pasukan Rusia dari Ukraina," ujar Cleverly.

Alasan Rusia Batalkan Kesepakatan Pengiriman Gandum

Rusia mengatakan tidak akan memperbarui kesepakatan pada Senin dan menuduh Barat tidak memenuhi kesepakatannya. Keputusan Rusia dikutuk oleh para pemimpin dunia, yang mengatakan langkah itu akan membuat sulit negara-negara miskin.

Kesepakatan ini bermula pada Juli 2022 ketika Rusia memblokade pelabuhan Ukraina. Aksi itu mengancam akan menyebabkan kekurangan pangan di beberapa bagian Afrika dan membuat harga biji-bijian melonjak.

"Keputusan itu berdampak pada negara-negara di Tanduk Afrika yang sudah terkena dampak kekeringan," kata Korir Sing'Oei, menteri di kementerian luar negeri Kenya, dikutip dari BBC.

Lebih dari 50 juta orang di seluruh Somalia, Kenya, Ethiopia dan Sudan Selatan membutuhkan bantuan makanan karena hujan yang gagal selama bertahun-tahun.

Rusia mengatakan akan kembali ke perjanjian jika persyaratannya dipenuhi. Alasan Rusia karena menilai Ukraina gagal mengekspor lebih banyak biji-bijian ke negara-negara miskin.

Namun, PBB mengatakan selama kesepakatan itu, Ukraina telah mengirimkan 625.000 ton makanan sebagai bantuan kemanusiaan ke Afghanistan, Ethiopia, Kenya, Somalia, Sudan, dan Yaman.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah lama mengeluhkan kesepakatan ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak dihormati. Rusia juga mengeluhkan sanksi Barat yang membatasi ekspor pertaniannya sendiri. Putin berulang kali mengancam akan menarik diri dari perjanjian tersebut.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...