IMF: Larangan Ekspor Beras India Berpotensi Picu Inflasi Harga Pangan
International Monetary Fund (IMF) menilai langkah India untuk membatasi ekspor jenis beras tertentu dapat memperburuk inflasi harga pangan dan harus segera dibatalkan.
Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan bahwa pembatasan ekspor beras India akan memiliki efek yang sama dengan penangguhan kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam Ukraina, mengerek harga di negara lain. Harga biji-bijian global bisa naik 10-15% tahun ini.
“Dalam kondisi saat ini, jenis pembatasan seperti ini cenderung memperburuk volatilitas harga pangan di seluruh dunia dan juga dapat memicu tindakan pembalasan dari negara lain,” ujar Gourinchas seperti dikutip Reuters, Kamis (27/7).
Dia mengatakan bahwa IMF mendorong penghapusan kebijakan pembatasan ekspor seperti ini karena berbahaya secara global.
Minggu ini, harga beras yang diekspor dari Vietnam, pengekspor terbesar ketiga dunia setelah India dan Thailand, melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade di tengah meningkatnya kekhawatiran pasokan akibat El Nino.
Beras pecah pecah 5% Vietnam ditawarkan dengan harga US$ 515-525 per metrik ton, tertinggi sejak 2011. Varietas parboiled pecah 5% India melayang mendekati puncak lima tahun pada US$ 421-428 per metrik ton.
“Pembeli mungkin pindah ke Thailand dan Vietnam, tetapi beras pecah 5% mereka bisa mencapai harga US$ 600 per metrik ton,” kata seorang pedagang Eropa. ”Cina dan Filipina, yang umumnya membeli beras Vietnam dan Thailand, akan dipaksa membayar harga yang jauh lebih tinggi,” kata dealer Eropa lainnya.
Sementara Thailand dan Vietnam tidak memiliki persediaan yang cukup untuk menutupi kekurangan, pembeli Afrika akan paling terpengaruh oleh keputusan India, kata Rao, menambahkan bahwa banyak negara akan mendesak New Delhi untuk melanjutkan pengiriman.
Pembeli utama beras India lainnya termasuk Benin, Senegal, Pantai Gading, Togo, Guinea, Bangladesh, dan Nepal. “India akan mengganggu pasar beras global dengan kecepatan yang jauh lebih besar daripada yang dilakukan Ukraina di pasar gandum dengan invasi Rusia,” kata B.V. Krishna Rao, presiden Asosiasi Eksportir Beras.
Pekan lalu Rusia menghentikan kesepakatan masa perang yang memungkinkan biji-bijian mengalir dari Ukraina ke negara-negara di Afrika, Timur Tengah dan Asia di mana kelaparan merupakan ancaman yang berkembang dan harga pangan yang tinggi telah mendorong lebih banyak orang ke dalam kemiskinan.
Harga Beras di Amerika Melonjak Drastis
Larangan ekspor beras India telah memicu pembelian panik di supermarket di Amerika Serikat (AS), mengerek harga beras ukuran 20 pon dari US$ 16 menjadi hampir US$ 50 di sejumlah toko.
India menyumbang 40% dari ekspor beras dunia. Kebijakan larangan ekspor diprediksi mengurangi pasokan bahan pokok dunia hingga 20%, memicu kekhawatiran pasokan dan kekurangan pasokan global.
Mengutip DailyMail, beberapa toko kelontong di AS menaikkan harga beras 20 pon hingga US$ 47 dari sebelumnya hanya US$ 16. Antrean panjang dilaporkan terlihat di Texas, Michigan, New Jersey Alabama, Ohio, Illinois, dan California, untuk membeli beras.
“Beberapa toko kelontong memaksa pelanggan untuk membelanjakan minimal US$ 35-50 produk lain untuk bisa membeli sekantung beras, ini keterlaluan,” kata seorang warga AS.