Apa yang Terjadi dengan Ekonomi Cina?

Hari Widowati
25 September 2023, 12:17
Ekonomi Cina mengalami pelambatan akibat berbagai masalah, termasuk krisis di sektor properti dan pembengkakan utang pemerintah daerah.
ANTARA FOTO/REUTERS/Lee Smith/aww/sad.
Ekonomi Cina mengalami pelambatan akibat berbagai masalah, termasuk krisis di sektor properti dan pembengkakan utang pemerintah daerah.

Ekonomi Cina tidak mampu melaju setelah pandemi Covid-19 berlalu. Sebenarnya apa yang terjadi pada perekonomian terbesar kedua di dunia itu?

Indeks harga konsumen menurun, krisis di sektor real estat semakin dalam, dan kinerja ekspor merosot. Angka pengangguran di kalangan penduduk usia muda sangat tinggi sehingga pemerintah negara Tembok Besar itu berhenti mempublikasikan data pengangguran.

Kondisi ini diperburuk dengan sejumlah perusahaan real estat dan perusahaan investasi yang tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada investor dalam beberapa pekan terakhir. Faktor-faktor ini menimbulkan kekhawatiran bahwa penurunan di pasar perumahan akan mengarah pada menambah tekanan terhadap stabilitas sektor keuangan.

Beberapa lembaga internasional telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Cina tahun ini menjadi di bawah 5%. Morgan Stanley, misalnya, memprediksi Produk Domestik Bruto (PDB) Cina pada 2023 akan tumbuh sebesar 4,7%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 5%. Tim ekonom Morgan Stanley yang dipimpin oleh Robin Xing menyebut penurunan proyeksi disebabkan oleh pelambatan belanja modal yang lebih dalam di tengah deleveraging sektor properti, serta penurunan ekspor.

Lembaga pemeringkat Moody's juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Cina pada 2024 menjadi 4% dari sebelumnya sebesar 4,5%. Namun, Moody's masih mempertahankan prediksinya terhadap pertumbuhan ekonomi negeri Xi Jinping itu pada 2023 di angka 5%.

Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) juga memasang proyeksi yang lebih rendah untuk PDB Cina tahun ini di angka 5,1% dari 5,15%. Pada 2024, OECD bahkan memperkirakan pelambatan ekonomi ini berlanjut sehingga Cina hanya akan mencapai pertumbuhan 4,9%.

Krisis di Sektor Properti

Perekonomian Cina terbelit masalah sejak April lalu. Namun, masalah ini semakin memburuk ketika Country Garden, pengembang properti yang memiliki angka penjualan tertinggi di Cina, mengalami gagal bayar. Country Garden tidak mampu membayar bunga dua obligasi dolar yang jatuh tempo pada Agustus 2023 senilai US$ 22 juta.

Sontak hal ini mengingatkan investor akan kasus gagal bayar Evergrande pada 2021 yang menjadi penanda krisis di sektor properti Cina. Saat ini, Evergrande masih dalam fase restrukturisasi utang kepada para krediturnya. Pemerintah Cina telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung pasar real estat termasuk dengan memangkas suku bunga, agar penjualan properti kembali naik. Namun, masalah yang dihadapi lebih pelik daripada itu.

Krisis di sektor properti telah merembet ke industri dana investasi real estat (real estate investment trusts/REITs). Zhongrong Trust, perusahaan investasi yang mengelola dana nasabah kaya dan klien korporasi, tidak bisa membayar serangkaian produk investasi kepada empat perusahaan senilai US$ 19 juta. "Kerugian lebih lanjut di pasar properti berisiko menyebar dan menyebabkan ketidakstabilan keuangan yang lebih luas," ujar Julian Evans-Pritchard, Kepala Ekonom Cina di Capital Economics, seperti dikutip CNN.com pada 23 Agustus lalu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...