2,3 Juta Warga Palestina Terjebak, Pembangkit Listrik di Gaza Padam
Otoritas listrik Gaza mengatakan satu-satunya pembangkit listrik di daerah kantong yang diblokade itu kehabisan bahan bakar. Hal itu menyebabkan wilayah Palestina tidak memiliki aliran listrik setelah Israel memutus pasokan listrik sebagai pembalasan atas serangan baru-baru ini oleh Hamas.
Ketua Otoritas Energi Palestina Thafer Melhem mengatakan kepada radio Voice of Palestine pada hari Rabu bahwa pembangkit listrik tersebut ditutup Rabu sore hari (11/10). Sekitar 2,3 juta orang tinggal di Gaza yang salah satu daerah terpadat di dunia.
“Situasi bencana ini menciptakan krisis kemanusiaan bagi seluruh penduduk Jalur Gaza,” katanya seperti dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Mai al-Kaila mengatakan stok bahan bakar untuk mengoperasikan generator di rumah sakit di Jalur Gaza akan habis Kamis ini. Hal itu akan memperburuk kondisi bencana di rumah sakit.
Tanpa listrik, warga Palestina tidak bisa memompa air ke rumah-rumah. Pada malam hari, keadaan hampir gelap gulita, diselingi oleh bola api dan cahaya dari ponsel yang digunakan sebagai senter.
“Saya pernah mengalami semua perang dan serangan di masa lalu, tapi saya belum pernah menyaksikan hal yang lebih buruk dari perang ini,” kata Yamen Hamad, 35, ayah dari empat anak, yang rumahnya hancur akibat serangan Israel di bagian utara Gaza. kota Beit Hanoun, seperti dikutip dari Reuters.
Di sebuah rumah sakit di Khan Younis di Gaza selatan, kerabat dan teman-teman berbaris di luar kamar mayat yang penuh sesak di mana jenazah dibaringkan di lantai karena pendinginnya penuh atau tidak ada aliran listrik.
Para pelayat sangat ingin segera menguburkan orang-orang yang mereka sayangi sebelum cuaca panas yang tidak sesuai musimnya memakan korban. Mereka berbicara singkat di samping jenazah, berdoa agar jiwa-jiwa beristirahat dalam damai, sebelum membawanya ke kuburan terdekat.
Mesir telah memblokir satu-satunya perbatasan selain dengan Israel di Jalur Gaza. Hal ini menyebabkan warga merasa terjebak. Mereka khawatir hal terburuk belum terjadi, termasuk kemungkinan invasi darat.
Serangan Israel diluncurkan untuk membalas serangan Hamas yang keluar dari Gaza dan membunuh ratusan orang di sekitar festival musik dan komunitas kibbutz. Sejumlah warga Israel dan lainnya telah dibawa ke Gaza sebagai sandera, beberapa diarak di jalan-jalan.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah berjanji mengintensifkan kampanye militer di Gaza, dengan mengatakan pada hari Rabu bahwa Israel akan menghapus Hamas “dari muka bumi”.
Beit Hanoun, dekat perbatasan dengan Israel, adalah salah satu tempat pertama yang terkena dampak serangan balasan Israel, dengan banyak jalan dan bangunan hancur dan ribuan orang mengungsi, menurut Hamas dan penduduk setempat.
Berdasarkan data PBB, lebih dari 175.000 warga Gaza telah meninggalkan rumah mereka. Beberapa lembaga bantuan di Gaza mengatakan kondisi akibat konflik tersebut adalah yang terburuk yang dapat mereka ingat.
“Kerugian warga sipil kali ini… belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Hisham Muhanna, juru bicara Komite Palang Merah Internasional di Gaza.