Palestina Minta Israel Dikenakan Sanksi Ekonomi

Agustiyanti
3 November 2023, 12:08
israel, palestina, sanksi ekonomi
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Amnesty International Indonesia bersama tokoh masyarakat menggelar aksi unjuk rasa damai demi mengakhiri kekerasan Israel di Jalur Gaza di depan Gedung Kedubes Amerika Serikat, Jakarta, Jumat (27/10). Unjuk rasa tersebut massa aksi menuntut Israel, dan negara-negara sekutunya Amerika Serikat untuk memastikan Israel menghentikan serangan besar-besaran ke Gaza sekaligus mengakhiri penindasan sistem Apartheid kepada warga Palestina.

Perang Israel dan Hamas telah berlangsung hampir satu bulan dan membunuh ribuan warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak. Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun meminta agar Israel diisolasi dari komunitas internasional dan dijatuhkan sanksi secara ekonomi dan politik.

“Saya selalu mengatakan bahwa Israel harus diisolasi. Kedua, sanksi harus diterapkan terhadap Israel secara ekonomi dan politik,” kata Zuhair di Jakarta, Kamis (2/11), seperti dikutip dari Antara. 

Acara malam renungan tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap Palestina yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

Zuhair mengatakan, Israel mengabaikan semua tuntutan internasional yang ditujukan pada Israel. "Semua inisiatif perdamaian, Israel tidak peduli,” tambahnya.

Dubes Palestina tersebut mengatakan bahwa komunitas internasional yang mengupayakan dan mencari perdamaian harus mengikuti peraturan serta hukum internasional. Palestina berharap dapat mengakhiri perang dengan Israel dan perbatasan harus dibuka untuk bantuan medis dan lainnya.

Pada kesempatan yang sama, seorang warga Palestina yang turut hadir dalam malam renungan tersebut, Mia Abedrabboh Screpnek, berbagi cerita tentang ayahnya yang diasingkan dari Palestina pada 1967.

“Terjebak di tempat dan waktu yang salah. Ayah saya ditawan oleh tentara Israel dan dipaksa mengambil keputusan untuk meninggalkan negaranya atau dibunuh. Pada usia 16 tahun, ayah saya diasingkan dari kampung halamannya,” kata Mia.

Kesulitan yang dialami oleh ayah Mia yang berpisah dengan seluruh anggota keluarganya merupakan hal tidak bisa dilupakannya seumur hidup.

Mia juba bercerita, menerima telepon dari pamannya yang dirawat di rumah sakit di Gaza, tiga hari sebelumnya.  “Dia menyampaikan permintaan yang paling sederhana, ‘Sayangku, ‘jika aku dapat mengharapkan satu hal saat ini, hal itu adalah sepotong roti dan pakaian bersih,” kata Mia.

Mia mengatakan, hari ini adalah hari kesepuluh setelah bom jatuh di rumah pamannya dan keluarganya memutuskan untuk berpisah menjadi tiga kelompok agar kesempatan untuk mereka semua untuk tetap hidup semakin besar, menambahkan bahwa dia masih belum mendapat kabar dari mereka selama tiga hari terakhir.

Mia mengatakan bahwa penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh keluarganya di Gaza harus menjadi pengingat bahwa perdamaian adalah satu-satunya jalan, dan mendorong untuk komunitas internasional untuk bekerja keras.

“Bersama-sama kita dapat membuat perbedaan, dan bersama-sama kita dapat mencegah nasib tragis yang menimpa ayah saya terulang Kembali dalam kehidupan orang lain,” kata Mia.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...