Korban Serangan Israel Tembus 20.000 Jiwa, Warga Palestina Kelaparan
Korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza kini telah menembus angka 20.000 jiwa, dan lebih dari 50.000 orang terluka. Kementerian kesehatan Gaza melaporkan bahwa sekitar dua pertiga dari korban tewas adalah perempuan atau anak-anak.
Israel menyalahkan Hamas atas tingginya angka kematian warga sipil, dengan alasan kelompok tersebut menggunakan kawasan pemukiman padat penduduk untuk tujuan militer dan terowongan di bawah kawasan perkotaan.
Militer Israel mengatakan 139 tentaranya tewas dalam serangan darat. Dikatakan bahwa mereka telah membunuh ribuan militan Hamas, termasuk sekitar 2.000 orang dalam tiga minggu terakhir, namun mereka belum memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaim tersebut.
Selama sebagian besar perang, Israel juga menghentikan masuknya makanan, air, bahan bakar dan pasokan lainnya kecuali konvoi truk bantuan dari Mesir, yang hanya memenuhi sebagian kecil dari kebutuhan di Gaza.
Menurut laporan PBB, kurangnya bantuan yang masuk ke Gaza menyebabkan tingkat kelaparan telah melampaui bencana kelaparan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Afghanistan dan Yaman, dan risiko kelaparan meningkat setiap hari.
Seorang perwira penghubung militer Israel mengatakan tidak ada kekurangan pangan di Gaza, dan mengatakan bantuan yang cukup telah disalurkan. “Cadangan di Jalur Gaza cukup untuk jangka pendek,” kata Kolonel Moshe Tetro dari penyeberangan kargo Kerem Shalom, seperti dikutip AP, Minggu (24/12).
Israel membuka penyeberangan Kerem Shalom beberapa hari lalu di tengah tuntutan internasional untuk meningkatkan aliran bantuan. Namun militer menyerang sisi perbatasan Palestina menewaskan empat stafnya, dan PBB mengatakan mereka tidak dapat mengambil bantuan di sana untuk dikirim.
Belum diketahui apakah PBB kembali bekerja di sana. Militer Israel mengatakan mereka menargetkan militan. Perang Israel-Hamas juga telah membuat sektor kesehatan Gaza terpuruk.
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan yang masih berfungsi sebagian, semuanya terletak di wilayah selatan.
Badan tersebut melaporkan melonjaknya tingkat penyakit di Gaza, termasuk peningkatan diare lima kali lipat dan peningkatan kasus meningitis, ruam kulit, dan kudis.