Ledakan Dua Bom di Makam Soleimani Iran Tewaskan 95 Orang
Dua ledakan bom yang terjadi dalam sebuah upacara untuk mengenang Komandan Qassem Soleimani di Kota Kerman, Iran menewaskan hampir 100 orang dan melukai 211 orang lainnya, pada Rabu (3/1). Para pejabat Iran menuding ledakan itu dilakukan oleh teroris.
Televisi pemerintah Iran melaporkan ledakan pertama dan ledakan kedua berselang 20 menit. Ledakan itu terjadi pada acara peringatan ulang tahun keempat kematian Soleimani di pemakaman Kota Kerman, Iran tenggara yang penuh sesak dengan pengunjung. Komandan Soleimani, seorang pemimpin militer terkemuka Iran, tewas oleh drone Amerika Serikat pada 2020.
Melansir Reuters, hingga saat ini, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Seorang pejabat senior pemerintahan Biden di Washington mengatakan ledakan tersebut tampaknya merupakan "serangan teroris" seperti yang pernah dilakukan di masa lalu oleh militan ISIS.
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengutuk "kejahatan keji dan tidak berperikemanusiaan" tersebut. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei bersumpah akan membalas dendam atas pengeboman kembar berdarah tersebut.
"Penjahat kejam... harus tahu bahwa mereka akan ditindak tegas mulai sekarang dan... tidak diragukan lagi akan ada konsekuensi yang keras," ujar Khamenei dalam sebuah pernyataan yang dimuat media pemerintah Iran.
Beberapa negara, termasuk Rusia dan Turki, mengutuk serangan tersebut. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban.
Menteri Kesehatan Iran Bahram Eynollahi mengatakan kepada TV pemerintah bahwa jumlah korban tewas adalah 95 orang sedangkan 211 orang lainnya terluka. Serangan ini menjadi serangan paling mematikan dalam sejarah Republik Islam Iran, yang telah menghadapi serangan serupa di masa lalu dari berbagai kelompok, termasuk ISIS.
Iran di masa lalu menyalahkan Israel atas serangan terhadap orang-orang atau tempat-tempat di dalam perbatasannya. Klaim Iran tersebut tidak dikonfirmasi atau dibantah oleh Israel - tetapi tidak ada indikasi keterlibatan negara asing dalam ledakan di pemakaman tersebut.
"AS tidak melihat adanya indikasi bahwa Israel berada di balik ledakan tersebut," ujar Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, seperti dikutip Reuters.
Seorang pejabat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada kantor berita pemerintah IRNA bahwa dua alat peledak yang ditanam di sepanjang jalan menuju Pemakaman Syuhada Kerman diledakkan dari jarak jauh oleh para teroris.
Tragedi Berdarah
Video yang ditayangkan oleh media pemerintah Iran menunjukkan puluhan tubuh berlumuran darah berserakan. Beberapa orang yang melihat berusaha menolong para korban dan yang lainnya bergegas meninggalkan area ledakan.
"Saya mendengar suara yang sangat keras dan kemudian merasakan sakit di punggung saya ... kemudian saya tidak bisa merasakan kaki saya," kata seorang wanita yang terluka di Rumah Sakit Kerman kepada televisi pemerintah.
Tim penyelamat Bulan Sabit Merah Iran merawat orang-orang yang terluka pada upacara tersebut, di mana ratusan warga Iran berkumpul untuk memperingati ulang tahun pembunuhan Soleimani. Beberapa kantor berita Iran mengatakan jumlah korban luka-luka jauh lebih tinggi.
"Suara yang mengerikan terdengar di sana, terlepas dari semua tindakan keamanan dan keselamatan. Masalah ini masih dalam penyelidikan," kata Reza Fallah, Kepala Hubungan Masyarakat Bulan Sabit Merah Kerman, kepada televisi pemerintah.
Kantor berita pemerintah Iran mengatakan bahwa pemakaman tersebut telah dievakuasi dan ditutup hingga waktu yang belum ditentukan. Pemerintah mengumumkan bahwa hari Kamis (4/1) akan menjadi hari berkabung.
Meskipun pihak berwenang tidak secara terbuka menyalahkan pihak manapun, komandan tertinggi pasukan Quds Iran, Esmail Qaani, mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh "agen-agen" rezim Zionis (Israel) dan Amerika Serikat.
Teheran sering menuduh musuh bebuyutannya, Israel dan Amerika Serikat, mendukung kelompok-kelompok militan anti-Iran.
"Amerika Serikat tidak terlibat dalam ledakan tersebut dan tidak memiliki alasan untuk meyakini bahwa Israel terlibat," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, dalam sebuah konferensi pers.
Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan menggunakan semua cara internasional untuk mengidentifikasi dan mengadili mereka yang terlibat dalam serangan tersebut dan para pendukungnya. Sementara itu, Presiden Raisi membatalkan rencana kunjungan ke Turki pada hari Kamis.
Serangan Teroris
Pada tahun 2022, kelompok militan ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap sebuah tempat suci Syiah di Iran yang menewaskan 15 orang.
Serangan sebelumnya yang diklaim oleh kelompok ini termasuk pengeboman kembar mematikan pada tahun 2017 yang menargetkan parlemen Iran dan makam pendiri Republik Islam Ayatollah Ruhollah Khomeini. Militan Baluchi dan separatis etnis Arab juga telah melancarkan serangan di Iran.
Pembunuhan Soleimani oleh AS dalam serangan drone pada 3 Januari 2020 di bandara Baghdad dan pembalasan Teheran dengan menyerang dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS membuat Amerika Serikat dan Iran hampir terlibat dalam konflik besar-besaran.
Sebagai komandan utama pasukan elit Quds, cabang luar negeri Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Soleimani menjalankan operasi klandestin di luar negeri dan merupakan tokoh kunci dalam kampanye Iran yang telah berlangsung lama untuk mengusir pasukan AS dari Timur Tengah.
Ketegangan antara Iran dan Israel, bersama dengan sekutunya Amerika Serikat, telah mencapai titik tertinggi baru karena perang Israel terhadap militan Hamas yang didukung Iran di Gaza sebagai pembalasan atas serangan mereka pada tanggal 7 Oktober di Israel selatan.
Milisi Houthi Yaman yang didukung Iran telah menyerang kapal-kapal yang mereka katakan memiliki hubungan dengan Israel di pintu masuk Laut Merah, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Sementara itu, pasukan AS juga telah melakukan serangan balasan terhadap kelompok militan tersebut.