133 Orang Tewas Imbas Serangan di Rusia, Putin Buru Dalang Kejadian
Komite Penyelidikan Rusia menyatakan jumlah korban tewas dalam serangan teroris di gedung konser Crocus City Hall dekat Moskow, Rusia, telah bertambah menjadi 133 orang.
"Operasi pencarian korban masih berlangsung," kata komite itu di aplikasi pesan Telegram, dikutip dari Antara, Minggu (24/3).
Serangan yang diikuti oleh kebakaran besar itu terjadi pada Jumat (22/3) malam di gedung konser tersebut, yang berada di Kota Krasnogorsk dekat Moskow.
Seorang koresponden Sputnik yang menyaksikan serangan itu melaporkan bahwa setidaknya tiga pria yang berpakaian kamuflase memasuki aula konser, menembaki orang-orang dari jarak dekat, dan melemparkan bom.
Margarita Simonyan, pemimpin redaksi kelompok media RT dan Rossiya Segodnya, mengatakan angka kematian sudah mencapai 143 orang.
Sebelas orang telah ditahan terkait serangan itu, termasuk empat orang yang bertanggung jawab langsung, kata Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB).
Keempatnya ditahan di wilayah Bryansk yang berbatasan dengan Ukraina dalam selang waktu beberapa jam.
Putin Cari Dalang Serangan
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pihaknya telah menangkap keempat pria bersenjata yang diduga melakukan penembakan massal di sebuah gedung konser dekat Moskow. Putin berjanji untuk melacak dan menghukum mereka yang berada di balik serangan tersebut.
Kelompok militan Negara Islam (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, Rusia menuding hal itu ada kaitannya dengan Ukraina.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin mengatakan 11 orang telah ditahan, termasuk empat pria bersenjata.
“Mereka mencoba bersembunyi dan bergerak menuju Ukraina, di mana, menurut data awal, sebuah jendela telah disiapkan bagi mereka di sisi Ukraina untuk melintasi perbatasan negara,” katanya dikutip dari Reuters.
Dinas keamanan FSB Rusia mengatakan orang-orang bersenjata itu mempunyai kontak di Ukraina dan ditangkap di dekat perbatasan. Mereka akan dipindahkan ke Moskow.
Juru bicara intelijen militer Ukraina, Andriy Yusov, mengatakan Ukraina tidak terlibat dalam serangan teror ini. "Ukraina mempertahankan kedaulatannya dari penjajah Rusia, membebaskan wilayahnya sendiri dan berperang melawan sasaran tentara dan militer penjajah, bukan warga sipil,"ujarnya.