Rusia Masukkan Gerakan LGBT ke Daftar Organisasi Ekstremis dan Teroris
Rusia telah memasukkan gerakan LGBT ke dalam daftar organisasi ekstremis dan teroris. Langkah ini sejalan dengan putusan Mahkamah Agung Rusia pada November 2023 yang menyatakan bahwa aktivis LGBT harus ditetapkan sebagai ekstremis.
Langkah pemerintahan presiden Vladimir Putin ini membuat kelompok gay dan transgender khawatir akan adanya penangkapan dan penuntutan.
Adapun daftar ini dikelola oleh badan bernama Rosfinmonitoring yang memiliki wewenang untuk membekukan rekening bank lebih dari 14.000 orang dan entitas yang dianggap ekstremis dan teroris.
Al Qaeda hingga raksasa teknologi AS Meta dan rekan mendiang pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, masuk ke dalam daftar ini.
“Daftar baru tersebut mengacu pada gerakan sosial LGBT internasional dan unit strukturalnya,” kata kantor berita negara Rusia, RIA, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (24/3).
Selama satu dekade terakhir Rusia telah membatasi ekspresi orientasi seksual dan identitas gender yang sangat populer di negara-negara barat.
Langkah-langkah yang diambil antara lain adalah dengan mengeluarkan undang-undang yang melarang promosi hubungan seksual “non-tradisional” dan melarang perubahan gender secara hukum atau medis.
Putusan Mahkamah Agung Rusia
Mahkamah Agung Rusia pada November 2023 memutuskan bahwa aktivis LGBT harus ditetapkan sebagai ekstremis. Mereka mengumumkan bahwa telah menyetujui permintaan dari Kementerian Kehakiman memasukkan gerakan sosial LGBT internasional sebagai ekstremis dan terlarang.
Langkah ini merupakan bagian dari pola peningkatan pembatasan di Rusia terhadap ekspresi orientasi seksual dan identitas gender, termasuk undang-undang yang melarang promosi hubungan seksual “non-tradisional” dan melarang perubahan gender secara hukum atau medis.
Presiden Vladimir Putin telah lama berupaya untuk mempromosikan citra Rusia sebagai penjaga nilai-nilai moral tradisional. Hal ini berbeda dengan Barat yang dekaden, yang membiarkan nilai-nilai moral tradisional tergerus dengan dalih kebebasan berekspresi.
“Negara-negara Barat memperbolehkan adopsi tren-tren yang menurut saya agak aneh, ketinggalan jaman seperti lusinan gender, dan parade gay. Namun (mereka) tidak mempunyai hak untuk memaksakannya pada negara-negara lain,” kata Putin dalam pidatonya tahun lalu.
Juru bicara Putin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan sebelum keputusan pengadilan diumumkan bahwa Kremlin “tidak mengikuti” kasus tersebut dan tidak memberikan komentar mengenai hal tersebut.
Aktivis LGBT menganggap keputusan tersebut tidak dapat dihindari setelah permintaan Kementerian Kehakiman pada 17 November.
“Ini sangat mengkhawatirkan, dan saya tidak ingat ancamannya begitu serius dan nyata,” kata Alexei Sergeyev, seorang aktivis LGBT di St Petersburg, kepada Reuters TV.
Lebih dari 100 kelompok telah dilarang di Rusia karena dianggap “ekstremis”. Dalam daftar sebelumnya, terdapat gerakan keagamaan Jehovah Witness (saksi Yehuwa) dan organisasi yang terkait dengan politisi oposisi Alexei Navalny, telah menjadi awal penangkapan.